Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menginginkan Taman Budaya milik pemprov setempat dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium seni bagi Institut Seni Indonesia Denpasar sehingga bermanfaat optimal dalam mencetak seniman dan budayawan intelektual
"Seniman dan budayawan Bali yang intelektual adalah yang mampu bersaing dalam dinamika budaya global," kata kata Pastika di sela-sela `launching` (peluncuran) kerja sama ISI Denpasar dengan Pemprov Bali terkait pengembangan Taman Budaya, di Denpasar, Selasa malam.
Dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Pastika mewakili Pemprov Bali dan Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha, di antaranya diatur bahwa ISI Denpasar dapat menggunakan beberapa gedung, "stage", dan areal Taman Budaya sebagai tempat proses belajar tanpa dibebankan biaya retribusi. Selain itu, ISI Denpasar berhak mendapatkan akses keluar masuk dari UPT Taman Budaya dan sebaliknya.
"Karya-karya terbaik dari dari mahasiswa, dosen, hasil penelitian, supaya dipamerkan di Taman Budaya. Jadi, Taman Budaya tidak akan pernah kekurangan materi," ujarnya.
Sedangkan dari sisi kewajiban, ISI Denpasar harus melaksanakan program seni budaya dan menyampaikan informasi jadwal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, serta berkewajiban memelihara gedung, stage, serta areal Taman Budaya.
Dengan demikian, pihaknya berharap ISI Denpasar dapat memanfaatkan Taman Budaya untuk berkreativitas dengan memaksimalkan semua fasilitas yang ada. Taman Budaya juga menjadi tidak pernah sepi dan terhenti dari aktivitas budaya selain kegiatan tahunan Pesta Kesenian Bali, Bali Mandara Mahalango, Pameran Pembangunan dan pada 2016 akan diselenggarakan Gelar Seni Akhir Pekan.
"Sebelumnya dengan Perusda dianggap mau komersialisasi. Padahal bukan begitu, sebenarnya biar ada yang mengelola," ujar Pastika.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan lewat kerja sama tersebut sekaligus bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Taman Budaya Denpasar.
"Wisatawan yang datang tidak akan `kering` dengan suguhan seni, baik yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar, maupun `sekaa` atau kelompok kesenian yang memang selama ini sudah dijadwalkan secara berkala," katanya.
Dengan demikian, tambah dia, Taman Budaya dapat benar-benar sebagai pusat pengembangan seni budaya sesuai dengan harapan dari budayawan dan tokoh-tokoh yang memahami seni budaya.
"Perjanjian kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dan dapat diubah atau diperpanjang dengan kesepakatan para pihak," ujar Dewa Beratha. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Seniman dan budayawan Bali yang intelektual adalah yang mampu bersaing dalam dinamika budaya global," kata kata Pastika di sela-sela `launching` (peluncuran) kerja sama ISI Denpasar dengan Pemprov Bali terkait pengembangan Taman Budaya, di Denpasar, Selasa malam.
Dalam perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Pastika mewakili Pemprov Bali dan Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha, di antaranya diatur bahwa ISI Denpasar dapat menggunakan beberapa gedung, "stage", dan areal Taman Budaya sebagai tempat proses belajar tanpa dibebankan biaya retribusi. Selain itu, ISI Denpasar berhak mendapatkan akses keluar masuk dari UPT Taman Budaya dan sebaliknya.
"Karya-karya terbaik dari dari mahasiswa, dosen, hasil penelitian, supaya dipamerkan di Taman Budaya. Jadi, Taman Budaya tidak akan pernah kekurangan materi," ujarnya.
Sedangkan dari sisi kewajiban, ISI Denpasar harus melaksanakan program seni budaya dan menyampaikan informasi jadwal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, serta berkewajiban memelihara gedung, stage, serta areal Taman Budaya.
Dengan demikian, pihaknya berharap ISI Denpasar dapat memanfaatkan Taman Budaya untuk berkreativitas dengan memaksimalkan semua fasilitas yang ada. Taman Budaya juga menjadi tidak pernah sepi dan terhenti dari aktivitas budaya selain kegiatan tahunan Pesta Kesenian Bali, Bali Mandara Mahalango, Pameran Pembangunan dan pada 2016 akan diselenggarakan Gelar Seni Akhir Pekan.
"Sebelumnya dengan Perusda dianggap mau komersialisasi. Padahal bukan begitu, sebenarnya biar ada yang mengelola," ujar Pastika.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan lewat kerja sama tersebut sekaligus bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Taman Budaya Denpasar.
"Wisatawan yang datang tidak akan `kering` dengan suguhan seni, baik yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar, maupun `sekaa` atau kelompok kesenian yang memang selama ini sudah dijadwalkan secara berkala," katanya.
Dengan demikian, tambah dia, Taman Budaya dapat benar-benar sebagai pusat pengembangan seni budaya sesuai dengan harapan dari budayawan dan tokoh-tokoh yang memahami seni budaya.
"Perjanjian kerja sama ini berlaku untuk jangka waktu lima tahun dan dapat diubah atau diperpanjang dengan kesepakatan para pihak," ujar Dewa Beratha. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015