Denpasar (Antara Bali) - Kerajinan kerang yang diproduksi Kelompok Perajin King Saguna Jaya di Pulau Serangan, Denpasar, Bali, banyak diminati wisatawan mancanegara karena memiliki keunikan bentuk dan arsitekturnya.
"Kerajinan berbahan kerang yang kami hasilkan berupa tempat sabun, kotak tisu, lampion, kalung, kerajinan penyu (kura-kura), gelang, cincin dan berbagai jenis kerajianan lainnya," ujar Ketua Kelompok Perajin Kerang King Saguna Jaya I Made Kanan Jaya di Serangan, Selasa.
Ia mengakui wisatawan asing yang banyak berminat membeli tempat sabun yakni Jepang, Korea, Tiongkok dan Australia karena motif dan kerumitan yang disesuaikan dengan harga yang ditawarkan.
Kanan Jaya menuturkan untuk tempat sabun dijual dengan harga Rp30.000, lampion Rp125.000 hingga Rp500.000.
"Omzet penjualan rata-rata Rp15 juta per bulan," ujarnya.
Dari berbagai jenis kerajinan yang diproduksi, penjualan tempat sabun paling laris, karena dalam satu hari mampu menjual 10 hingga 30 biji.
"Kerajianan dalam bentuk tempat sabun ini selain menarik minat masyarakat lokal juga wisatawan asing karena relatif terjangkau," ujarnya.
Selain menjual di kiosnya, pihaknya juga mengikuti beberapa kali pameran ke luar Bali seperti Jakarta, Surabaya, Batam dan Kalimantan.
"Dari keempat daerah itu Jakarta dan Kalimantan yang banyak peminatnya, kalau untuk pameran ke luar negeri belum pernah kami ikuti," ujarnya.
Sementara itu, untuk pasaran di Bali dilakukan di salah satu hotel dan mengikuti Denpasar Festival serta menjual di Serangan sendiri.
"Kami belum masuk ke pasar oleh-oleh khas Bali karena menginginkan konsep yang berbeda untuk pemasaran dengan pembuatan museum," katanya.
Apabila semuanya sudah rampung, masyarakat atau wisatawan yang melakukan kunjungan ke tempat itu dapat melihat kerajianan di museum selanjutnya melihat cara produksi atau ikut berlatih dan membeli.
Untuk perajin yang bergabung dalam kelompok tersebut, rata-rata berasal dari keluarga dan beberapa dari masyarakat sekitar yang jumlahnya 15 orang. Namun, apabila semua sudah rampung pihaknya berencana melibatkan lebih banyak lagi warga sekitar.
Pihaknya mengakui sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah Kota Denpasar.
"Yang terpenting di sini yakni semangat kami untuk berkreatifitas dan menghasilkan ide-ide baru," ujarnya.
Ia mengharapkan pemerintah membantu mematenkan kerajianan itu karena terus melakukan produksi dan melayani kunjungan dari beberapa daerah maupun wisatawan asing. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kerajinan berbahan kerang yang kami hasilkan berupa tempat sabun, kotak tisu, lampion, kalung, kerajinan penyu (kura-kura), gelang, cincin dan berbagai jenis kerajianan lainnya," ujar Ketua Kelompok Perajin Kerang King Saguna Jaya I Made Kanan Jaya di Serangan, Selasa.
Ia mengakui wisatawan asing yang banyak berminat membeli tempat sabun yakni Jepang, Korea, Tiongkok dan Australia karena motif dan kerumitan yang disesuaikan dengan harga yang ditawarkan.
Kanan Jaya menuturkan untuk tempat sabun dijual dengan harga Rp30.000, lampion Rp125.000 hingga Rp500.000.
"Omzet penjualan rata-rata Rp15 juta per bulan," ujarnya.
Dari berbagai jenis kerajinan yang diproduksi, penjualan tempat sabun paling laris, karena dalam satu hari mampu menjual 10 hingga 30 biji.
"Kerajianan dalam bentuk tempat sabun ini selain menarik minat masyarakat lokal juga wisatawan asing karena relatif terjangkau," ujarnya.
Selain menjual di kiosnya, pihaknya juga mengikuti beberapa kali pameran ke luar Bali seperti Jakarta, Surabaya, Batam dan Kalimantan.
"Dari keempat daerah itu Jakarta dan Kalimantan yang banyak peminatnya, kalau untuk pameran ke luar negeri belum pernah kami ikuti," ujarnya.
Sementara itu, untuk pasaran di Bali dilakukan di salah satu hotel dan mengikuti Denpasar Festival serta menjual di Serangan sendiri.
"Kami belum masuk ke pasar oleh-oleh khas Bali karena menginginkan konsep yang berbeda untuk pemasaran dengan pembuatan museum," katanya.
Apabila semuanya sudah rampung, masyarakat atau wisatawan yang melakukan kunjungan ke tempat itu dapat melihat kerajianan di museum selanjutnya melihat cara produksi atau ikut berlatih dan membeli.
Untuk perajin yang bergabung dalam kelompok tersebut, rata-rata berasal dari keluarga dan beberapa dari masyarakat sekitar yang jumlahnya 15 orang. Namun, apabila semua sudah rampung pihaknya berencana melibatkan lebih banyak lagi warga sekitar.
Pihaknya mengakui sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah Kota Denpasar.
"Yang terpenting di sini yakni semangat kami untuk berkreatifitas dan menghasilkan ide-ide baru," ujarnya.
Ia mengharapkan pemerintah membantu mematenkan kerajianan itu karena terus melakukan produksi dan melayani kunjungan dari beberapa daerah maupun wisatawan asing. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015