Gianyar (Antara Bali) - Para perajin kecil usaha perak mengeluhkan kenaikan harga bahan baku yang cukup mahal dan tidak sebanding dengan kenaikan harga barang produksi mereka.
"Kondisi itu menyebabkan beberapa perajin tidak lagi bisa menampung tenaga kerja dan melakukan pemutusan hubungan kerja," kata salah seorang perajin perak asal Desa Singapadu I Wayan Budi, Rabu.
Ia mengaku, akibat kenaikan bahan baku perak, pihaknya terpaksa menghentikan dua pekerja yang membantu usahanya akibat tidak mampu memberikan gaji.
"Usaha kerajinan perak lagi sepi pesanan, sementara bahan bakunya cukup mahal," ujar I Wayan Budi.
Harga bahan baku perak kini mencapai Rp6,5 juta setiap kilogramnya atau Rp6.500/gram, padahal sebelumnya hanya Rp5 juta/kilogram atau Rp5.000/gram.
Kenaikan bahan baku yang cukup drastis itu, tidak diimbangi dengan meningkatnya hasil penjualan berupa berbagai jenis perhiasan dari bahan baku perak.
Kondisi demikian selain menghentikan beberapa pekerja yang selama ini membantu usaha skala rumah tangga itu, juga produksi berbagai jenis perhiasan dari bahan baku perak menurun.
Wayan Budi mengaku sebelumnya setiap bulan rata-rata mampu memproduksi sebanyak 500 biji kerajinan perak jenis bola-bola kecil, namun sekarang maksimal mampu 100 biji.
Cinderamata berupa bola-bola, menghabiskan bahak baku perak tiga gram, dijual kepada konsumen yang kebanyakan wisatawan mancanegara itu Rp 25.000/biji.
"Kalau dikalkulasi bahan baku perak untuk tiga gram seharga Rp 20.700, sementara harga jual hanya Rp 25.000, sehingga tidak bisa menutup biaya produksi," ujar I Wayan Budi.
Menghadapi kondisi demikian hanya bisa kecewa dan mengesal, jelas Budi, karena wisatawan tidak mau tahu menyangkut harga bahan baku yang terus melambung.
"Kalau harga sudah Rp 25.000 perjanjiannya tidak bisa dinaikkan di tengah jalan, ini yang membuat kami pusing," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, I Wayan Suamba mengakui, kenaikan harga bahan baku perak itu, namun pihaknya tidak berdaya mengatasi kenaikan harga bahan baku tersebut.
"Kenaikan bahan baku itu merupakan kebijakan pusat, kami di daerah tidak bisa berbuat banyak," jelasnya.
Selama ini, kata Suamba, khusus penjualan bahan baku perak ditangani oleh Perusahaan BUMN Aneka Tambang Jakarta. "Kami sudah sempat berkonsultasi dengan pihak perusahaan itu, katanya kenaikan itu tidak bisa diturunkan lagi," ucapnya.
Ia mengaku saat ini, terkait kenaikan harga bahan baku itu pihaknya hanya bisa membantu peralatan untuk memperkecil ongkos produksi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Kondisi itu menyebabkan beberapa perajin tidak lagi bisa menampung tenaga kerja dan melakukan pemutusan hubungan kerja," kata salah seorang perajin perak asal Desa Singapadu I Wayan Budi, Rabu.
Ia mengaku, akibat kenaikan bahan baku perak, pihaknya terpaksa menghentikan dua pekerja yang membantu usahanya akibat tidak mampu memberikan gaji.
"Usaha kerajinan perak lagi sepi pesanan, sementara bahan bakunya cukup mahal," ujar I Wayan Budi.
Harga bahan baku perak kini mencapai Rp6,5 juta setiap kilogramnya atau Rp6.500/gram, padahal sebelumnya hanya Rp5 juta/kilogram atau Rp5.000/gram.
Kenaikan bahan baku yang cukup drastis itu, tidak diimbangi dengan meningkatnya hasil penjualan berupa berbagai jenis perhiasan dari bahan baku perak.
Kondisi demikian selain menghentikan beberapa pekerja yang selama ini membantu usaha skala rumah tangga itu, juga produksi berbagai jenis perhiasan dari bahan baku perak menurun.
Wayan Budi mengaku sebelumnya setiap bulan rata-rata mampu memproduksi sebanyak 500 biji kerajinan perak jenis bola-bola kecil, namun sekarang maksimal mampu 100 biji.
Cinderamata berupa bola-bola, menghabiskan bahak baku perak tiga gram, dijual kepada konsumen yang kebanyakan wisatawan mancanegara itu Rp 25.000/biji.
"Kalau dikalkulasi bahan baku perak untuk tiga gram seharga Rp 20.700, sementara harga jual hanya Rp 25.000, sehingga tidak bisa menutup biaya produksi," ujar I Wayan Budi.
Menghadapi kondisi demikian hanya bisa kecewa dan mengesal, jelas Budi, karena wisatawan tidak mau tahu menyangkut harga bahan baku yang terus melambung.
"Kalau harga sudah Rp 25.000 perjanjiannya tidak bisa dinaikkan di tengah jalan, ini yang membuat kami pusing," ujarnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, I Wayan Suamba mengakui, kenaikan harga bahan baku perak itu, namun pihaknya tidak berdaya mengatasi kenaikan harga bahan baku tersebut.
"Kenaikan bahan baku itu merupakan kebijakan pusat, kami di daerah tidak bisa berbuat banyak," jelasnya.
Selama ini, kata Suamba, khusus penjualan bahan baku perak ditangani oleh Perusahaan BUMN Aneka Tambang Jakarta. "Kami sudah sempat berkonsultasi dengan pihak perusahaan itu, katanya kenaikan itu tidak bisa diturunkan lagi," ucapnya.
Ia mengaku saat ini, terkait kenaikan harga bahan baku itu pihaknya hanya bisa membantu peralatan untuk memperkecil ongkos produksi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010