Denpasar (Antara Bali) - Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Provinsi Bali, menilai penyebaran petugas kesehatan khusunya bidan desa di masing-masing kabupaten/kota masih belum merata.
"Sejauh ini keberadaan bidan desa masih belum merata karena minimnya petugas yang mau mengabdi ditempat terpencil itu," kata Ketua Pengurus Daerah IBI Provinsi Bali, Ni Ketut Adi Arini S.Sos, S.ST,M.M, di Denpasar, Rabu.
Ia mengakui dimasing-masing desa hanya terdapat satu petugas kesehatan (bidan desa) yang memberi pertolongan, sehingga pihaknya segera melakukan advokasi agar setiap desa terdapat dua tenaga kesehatan.
Upaya penambahan bidan desa tersebut, agar menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Anak (AKA) yang banyak terjadi di daerah yang jauh dari perkotaan.
"Seperti di Kabupaten Karangasem, Buleleng, dan Bangli yang notabena petugas kesehatannya masih sedikit, sehingga perlu dilakukan penambahan untuk mengendalikan tingkat kematian ibu dan anak," ujarnya.
Menurut dia, untuk sebaran bidan di masing-masing kabupaten/kota rata-rata mencapai 250 hingga 350 orang, jumlah tersebut tidak cukup karena harus dibagi di beberapa desa.
Selain itu, pihaknya mengakui masih banyak bidan pegawai tidak tetap (PTT) yang mengabdi bertahun-tahun dimasing-masing daerah belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sehingga pihaknya mendorong pemerintah untuk memperhatikan nasib tenaga kesehatan itu.
"Saat ini bidan PTT yang ada di Bali jumlahnya mencapai 452 orang yang tersebar di kabupaten/kota," ujarnya.
Selain itu, pihaknya mengharapkan semua bidan di Bali meningkatkan pengetahuannya secara terus menerus, bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, kewenangan, kompetensi, SOP dan perundang-undangan.
"Sebagian besar bidan di Bali niat belajar dan mengetahui ilmu terbaru sangat tinggi dan biaya untuk mengikuti pelatihan itu dibiayai sendiri," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Sejauh ini keberadaan bidan desa masih belum merata karena minimnya petugas yang mau mengabdi ditempat terpencil itu," kata Ketua Pengurus Daerah IBI Provinsi Bali, Ni Ketut Adi Arini S.Sos, S.ST,M.M, di Denpasar, Rabu.
Ia mengakui dimasing-masing desa hanya terdapat satu petugas kesehatan (bidan desa) yang memberi pertolongan, sehingga pihaknya segera melakukan advokasi agar setiap desa terdapat dua tenaga kesehatan.
Upaya penambahan bidan desa tersebut, agar menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian Anak (AKA) yang banyak terjadi di daerah yang jauh dari perkotaan.
"Seperti di Kabupaten Karangasem, Buleleng, dan Bangli yang notabena petugas kesehatannya masih sedikit, sehingga perlu dilakukan penambahan untuk mengendalikan tingkat kematian ibu dan anak," ujarnya.
Menurut dia, untuk sebaran bidan di masing-masing kabupaten/kota rata-rata mencapai 250 hingga 350 orang, jumlah tersebut tidak cukup karena harus dibagi di beberapa desa.
Selain itu, pihaknya mengakui masih banyak bidan pegawai tidak tetap (PTT) yang mengabdi bertahun-tahun dimasing-masing daerah belum diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sehingga pihaknya mendorong pemerintah untuk memperhatikan nasib tenaga kesehatan itu.
"Saat ini bidan PTT yang ada di Bali jumlahnya mencapai 452 orang yang tersebar di kabupaten/kota," ujarnya.
Selain itu, pihaknya mengharapkan semua bidan di Bali meningkatkan pengetahuannya secara terus menerus, bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, kewenangan, kompetensi, SOP dan perundang-undangan.
"Sebagian besar bidan di Bali niat belajar dan mengetahui ilmu terbaru sangat tinggi dan biaya untuk mengikuti pelatihan itu dibiayai sendiri," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015