Denpasar (Antara Bali) - Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Provinsi Bali mengharapkan berbagai pemangku kepentingan di Pulau Dewata agar lebih intensif untuk membahas dan mencari solusi terkait persoalan kepariwisatan di daerah itu.
"Sejauh ini, ada kubu yang konservatif dan ada yang kubu dinamis. Yang konservatif berpandangan hanya dengan kultur budaya, dan sepertinya tidak boleh diganggu gugat," kata Wakil Ketua GIPI Bali Bagus Sudibya di Denpasar, Rabu.
Padahal, menurut dia, jangan lupa kultur budaya itu bersifat dinamis dan senantiasa berubah. Oleh karena itu, persoalan dua kubu ini harus disikapi dan dipahami serta harus ditempatkan sebagai subjek yang harus dibicarakan. "Sekarang dan ke depan, tidak bisa dinafikan bahwa pariwisata masih menjadi pendorong ekonomi kita yang paling strategis. Tetapi di sisi lain, pariwisata kita juga menghadapi tantangan," ucapnya.
Bagus Sudibya mengharapkan berbagai pemangku kepentingan lebih sering duduk bersama sehingga persoalan kepariwisataan Bali dapat diselesaikan secara realistis dan bijaksana.
Terkait dengan tantangan arah pariwisata massal ataukah berkualitas, dia berpendapat memang Bali tidak bisa melepaskan dari posisi lebih banyak kunjungan wisatawan karena Bali sebagai pusat distribusi pariwisata nasional. "Tetapi harus pintar-pintar mendistribusikan mereka itu untuk provinsi-provinsi lain di luar Bali. Bali jelas bisa sebagai pintu gerbang utama, dalam hal ini pariwisata massal masih bisa, tetapi tidak numplek di Bali," ujarnya.
Di sisi lain, kata Bagus Sudibya, ketika berbicara pariwisata Bali yang berkualitas, juga harus memikirkan kualitas produk. "Tidak mungkin kita mendatangkan lebih banyak wisatawan tanpa dibarengi produk yang berkualitas. Produk kita semakin lama semakin berkurang, mulai dari kualitas SDM, lingkungan, cara pemasaran dan sebagainya," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Sejauh ini, ada kubu yang konservatif dan ada yang kubu dinamis. Yang konservatif berpandangan hanya dengan kultur budaya, dan sepertinya tidak boleh diganggu gugat," kata Wakil Ketua GIPI Bali Bagus Sudibya di Denpasar, Rabu.
Padahal, menurut dia, jangan lupa kultur budaya itu bersifat dinamis dan senantiasa berubah. Oleh karena itu, persoalan dua kubu ini harus disikapi dan dipahami serta harus ditempatkan sebagai subjek yang harus dibicarakan. "Sekarang dan ke depan, tidak bisa dinafikan bahwa pariwisata masih menjadi pendorong ekonomi kita yang paling strategis. Tetapi di sisi lain, pariwisata kita juga menghadapi tantangan," ucapnya.
Bagus Sudibya mengharapkan berbagai pemangku kepentingan lebih sering duduk bersama sehingga persoalan kepariwisataan Bali dapat diselesaikan secara realistis dan bijaksana.
Terkait dengan tantangan arah pariwisata massal ataukah berkualitas, dia berpendapat memang Bali tidak bisa melepaskan dari posisi lebih banyak kunjungan wisatawan karena Bali sebagai pusat distribusi pariwisata nasional. "Tetapi harus pintar-pintar mendistribusikan mereka itu untuk provinsi-provinsi lain di luar Bali. Bali jelas bisa sebagai pintu gerbang utama, dalam hal ini pariwisata massal masih bisa, tetapi tidak numplek di Bali," ujarnya.
Di sisi lain, kata Bagus Sudibya, ketika berbicara pariwisata Bali yang berkualitas, juga harus memikirkan kualitas produk. "Tidak mungkin kita mendatangkan lebih banyak wisatawan tanpa dibarengi produk yang berkualitas. Produk kita semakin lama semakin berkurang, mulai dari kualitas SDM, lingkungan, cara pemasaran dan sebagainya," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015