Negara (Antara Bali) - Banyak warga miskin di Kabupaten Jembrana yang tidak mendapatkan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), sehingga tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah sebesar Rp600 ribu yang baru saja dibagikan.
"Kami sudah mendata warga miskin yang tercecer, yang diusulkan ke pemerintah pusat. Mungkin tahun depan mereka baru mendapatkan KKS," kata Bupati Jembrana I Putu Artha, saat dikonfirmasi di Negara, Rabu.
Pantauan di Dusun Ketapang Lampu, Desa Pengambengan, hanya dalam radius sekitar 20 meter, sedikitnya tiga keluarga miskin tidak mendapatkan KKS.
Padahal, mereka rata-rata tinggal di rumah berdinding gedek, berlantai tanah, bahkan lahan yang mereka tempati juga menyewa dari pihak lain.
"Kalau beras untuk keluarga miskin, saya sudah dapat mulai bulan ini. Kalau bantuan yang Rp600 ribu itu, sejak awal saya tidak mendapatkannya," kata Suud, salah seorang keluarga miskin, yang tinggal menumpang di kebun orang.
Kakek-kakek yang tinggal bersama isteri dan anak angkatnya ini tidak tahu, kenapa dirinya tidak masuk pendataan untuk mendapatkan KKS, dan hanya bisa pasrah.
Ia mengaku, terpaksa tinggal menumpang di kebun orang, karena rumahnya yang dulu habis diterjang abrasi.
"Untuk makan sehari-hari, saya bersama isteri kerja serabutan. Mudah-mudahan kami bisa lama tinggal di kebun ini, yang juga sudah mulai digerus abrasi," ujarnya.
Tetangga Suud seperti Sayu Jaena dan Mak Ena, dua janda tua juga tidak mendapatkan KKS, padahal mereka tidak memiliki pendapatan dan pekerjaan tetap.
Sayu Jaena tinggal bersama anaknya yang juga tergolong nelayan tidak mampu, sehingga dengan usianya yang sudah tua, terpaksa mencari barang rongsokan yang dihanyutkan air laut, serta ikan-ikan busuk untuk direbus menjadi bahan tepung.
Karena usianya tersebut, dan beberapa kali pindah tempat tinggal, ia mengaku, hanya memiliki KTP sementara Kartu Keluarga (KK) miliknya hilang.
Selain KTP, dokumen lainnya yang ia simpan dalam dompet lusuhnya adalah kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan kartu daftar pemilih.
Sama dengan Sayu, Mak Ena juga tinggal bersama anaknya, membantu memperbaiki jaring serta menggembala kambing.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami sudah mendata warga miskin yang tercecer, yang diusulkan ke pemerintah pusat. Mungkin tahun depan mereka baru mendapatkan KKS," kata Bupati Jembrana I Putu Artha, saat dikonfirmasi di Negara, Rabu.
Pantauan di Dusun Ketapang Lampu, Desa Pengambengan, hanya dalam radius sekitar 20 meter, sedikitnya tiga keluarga miskin tidak mendapatkan KKS.
Padahal, mereka rata-rata tinggal di rumah berdinding gedek, berlantai tanah, bahkan lahan yang mereka tempati juga menyewa dari pihak lain.
"Kalau beras untuk keluarga miskin, saya sudah dapat mulai bulan ini. Kalau bantuan yang Rp600 ribu itu, sejak awal saya tidak mendapatkannya," kata Suud, salah seorang keluarga miskin, yang tinggal menumpang di kebun orang.
Kakek-kakek yang tinggal bersama isteri dan anak angkatnya ini tidak tahu, kenapa dirinya tidak masuk pendataan untuk mendapatkan KKS, dan hanya bisa pasrah.
Ia mengaku, terpaksa tinggal menumpang di kebun orang, karena rumahnya yang dulu habis diterjang abrasi.
"Untuk makan sehari-hari, saya bersama isteri kerja serabutan. Mudah-mudahan kami bisa lama tinggal di kebun ini, yang juga sudah mulai digerus abrasi," ujarnya.
Tetangga Suud seperti Sayu Jaena dan Mak Ena, dua janda tua juga tidak mendapatkan KKS, padahal mereka tidak memiliki pendapatan dan pekerjaan tetap.
Sayu Jaena tinggal bersama anaknya yang juga tergolong nelayan tidak mampu, sehingga dengan usianya yang sudah tua, terpaksa mencari barang rongsokan yang dihanyutkan air laut, serta ikan-ikan busuk untuk direbus menjadi bahan tepung.
Karena usianya tersebut, dan beberapa kali pindah tempat tinggal, ia mengaku, hanya memiliki KTP sementara Kartu Keluarga (KK) miliknya hilang.
Selain KTP, dokumen lainnya yang ia simpan dalam dompet lusuhnya adalah kartu Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) dan kartu daftar pemilih.
Sama dengan Sayu, Mak Ena juga tinggal bersama anaknya, membantu memperbaiki jaring serta menggembala kambing.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015