Denpasar (Antara Bali) - Ribuan umat yang datang dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali melakukan persembahyangan bersama pada puncak kegiatan ritual Betara Turun Kabeh (BTK) di Pura Besakih, tempat suci umat Hindu terbesar di Bali, Jumat.
Kegiatan yang dipimpin sejumlah sulinggih di pelataran agung Pura Besakih berlangsung secara kidmat dan lancar. Dentingan suara genta, semerbak wangi bunga dan dupa menyebar dalam kawasan tempat suci terbesar di Pulau Dewata.
Puja-pujian sang pendeta maupun Jero Mangku yang memimpin kegiatan ritual itu diiringi alunan instrumen musik tradisional Bali (gamelan) serta tembang-tembang kekidung dan warga sari yang berlangsung secara khidmat.
Bendesa Adat Besakih, Jro I Wayan Gunatra yang juga Ketua Panitia kegiatan ritual tersebut menjelaskan, kegiatan ritual BTK bermakna untuk memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar umat manusia dianugrahi keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan serta terhindar dari musibah dan bencana alam.
Pura Besakih adalah tempat suci umat Hindu terbesar di Bali yang mempunyai arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu, yakni tempat beristananya para Dewa.
Pura Besakih di lereng kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali itu tercatat dalam prasasti Purana dan lontar sebagai tempat beristananya para dewa, sehingga mempunyai fungsi paling penting diantara pura-pura lainnya.
Peran dan fungsi yang sangat istimewa, antara lain sebagai Pura "Rwa Bhineda", "Sad Kahyangan", "Padma Bhuana" dan pusat dari segala kegiatan upacara keagamaan.
Kawasan suci Pura Besakih yang berada di wilayah Kabupaten Karangasem itu sehari-harinya adalah objek wisata yang banyak dikunjungi pelancong. Namun mereka dilarang memasuki tempat-tempat yang khusus untuk persembahyangan umat.
Rakyat Bali sangat menjaga kesucian Besakih, karena mereka ingin para dewa tetap melindungi dan menebar damai di Bumi Dewata.
Kegiatan ritual berskala besar itu berlangsung selama tiga minggu hingga 24 April mendatang.
Waktu yang cukup panjang itu dengan harapan masyarakat dapat mengatur dirinya untuk melakukan persembahyangan ke Pura Besakih maupun Pura Batur di Kabupaten Bangli yang kebetulan juga menggelar kegiatan ritual berskala besar.
Panitia sengaja menyiapkan waktu yang cukup panjang itu dengan harapan dapat menghindari terjadinya antrian persembahyangan di kedua tempat suci sekaligus mencegah kemacetan lalu lintas di jalur menuju kedua pura di Bali timur itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Kegiatan yang dipimpin sejumlah sulinggih di pelataran agung Pura Besakih berlangsung secara kidmat dan lancar. Dentingan suara genta, semerbak wangi bunga dan dupa menyebar dalam kawasan tempat suci terbesar di Pulau Dewata.
Puja-pujian sang pendeta maupun Jero Mangku yang memimpin kegiatan ritual itu diiringi alunan instrumen musik tradisional Bali (gamelan) serta tembang-tembang kekidung dan warga sari yang berlangsung secara khidmat.
Bendesa Adat Besakih, Jro I Wayan Gunatra yang juga Ketua Panitia kegiatan ritual tersebut menjelaskan, kegiatan ritual BTK bermakna untuk memohon kehadapan Tuhan Yang Maha Esa agar umat manusia dianugrahi keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan serta terhindar dari musibah dan bencana alam.
Pura Besakih adalah tempat suci umat Hindu terbesar di Bali yang mempunyai arti penting bagi kehidupan keagamaan umat Hindu, yakni tempat beristananya para Dewa.
Pura Besakih di lereng kaki Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali itu tercatat dalam prasasti Purana dan lontar sebagai tempat beristananya para dewa, sehingga mempunyai fungsi paling penting diantara pura-pura lainnya.
Peran dan fungsi yang sangat istimewa, antara lain sebagai Pura "Rwa Bhineda", "Sad Kahyangan", "Padma Bhuana" dan pusat dari segala kegiatan upacara keagamaan.
Kawasan suci Pura Besakih yang berada di wilayah Kabupaten Karangasem itu sehari-harinya adalah objek wisata yang banyak dikunjungi pelancong. Namun mereka dilarang memasuki tempat-tempat yang khusus untuk persembahyangan umat.
Rakyat Bali sangat menjaga kesucian Besakih, karena mereka ingin para dewa tetap melindungi dan menebar damai di Bumi Dewata.
Kegiatan ritual berskala besar itu berlangsung selama tiga minggu hingga 24 April mendatang.
Waktu yang cukup panjang itu dengan harapan masyarakat dapat mengatur dirinya untuk melakukan persembahyangan ke Pura Besakih maupun Pura Batur di Kabupaten Bangli yang kebetulan juga menggelar kegiatan ritual berskala besar.
Panitia sengaja menyiapkan waktu yang cukup panjang itu dengan harapan dapat menghindari terjadinya antrian persembahyangan di kedua tempat suci sekaligus mencegah kemacetan lalu lintas di jalur menuju kedua pura di Bali timur itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015