Denpasar (Antara Bali) - Inflasi Kota Singaraja, Bali utara sebesar 0,34 persen selama bulan Maret 2015 dipicu akibat adanya Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1937 dan masih pengaruh kebijakan pemerintah terkait naiknya harga komoditas energi.

"Tingkat inflasi tahun kelender Maret 2015 sebesar 0,15 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni Maret 2015 terhadap Maret 2014 sebesar 8,99 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Rabu.

Ia mengatakan, peningkatan harga ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,01 persen, kelompok sandang 0,73 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,23 persen. Sedangkan untuk penurunan harga ditunjukkan berkurangnya indeks kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,01 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,03 persen.

Selain itu juga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga -0,14 persen serta kelompok kesehatan sama sekali tidak mengalami perubahan indeks. Panasunan Siregar menjelaskan, komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi selama bulan Maret 2015 antara lain cabai rawit, cabai merah, bawang merah, jeruk, terasi udang, susu untuk bayi, pisang, ketimun, mesin cuci, kemeja pendek katun, tempe, bayam, baju kaos berkerah dan teri.

Panasunan Siregar menambahkan, dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei, 54 kota di antaranya mengalami inflasi dan 28 kota mengalami inflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari 0,84 persen serta terendah di Padang dan Cilacap masing-masing 0,01 persen. persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan 1,97 persen dan terendah di Medan, Padang Sidempuan dan Tarakan sebesar 0,01 persen. Jika diurut dari inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke-22 dari 54 kota yang mengalami inflasi di Indonesia, ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015