Denpasar (Antara Bali) - Bali memperbaiki saluran irigasi seluas 11.000 hektare selama tahun 2014 sehingga mempengaruhi produksi padi, karena pengairan ke sawah untuk sementara ditutup selama pengerjaan proyek tersebut.

"Proses perbaikan sarana irigasi itu ikut menjadi salah satu pemicu menurunnya produksi gabah di Bali," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Ir Ida Bagus Wisnuardhana, MSI di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan, meskipun produksi padi persatuan hektare di Bali umumnya meningkat, namun terjadinya penundaan tanam padi yang cukup luas mengakibatkan produksi padi berkurang. Perbaikan saluran irigasi tersier yang digarap Dinas Pekerjaan Umum (PU) itu berlangsung sekitar empat hingga lima bulan, sehingga sawah-sawah otomatis tidak mendapat pengairan sebagaimana mestinya.

Penutupan air irigasi itu sudah dikoordinasikan dengan petani secara baik dan selama masa perbaikan itu, petani diarahkan untuk menanam palawija dan jenis tanaman lainnya yang tidak membutuhkan air terlalu banyak. "Namanya tanaman pertanian pasti membutuhkan air, jika air tidak ada tentu tidak dapat tumbuh dengan baik," ujar Wisnuardhana yang terus mendorong instansi terkait untuk memperbaiki saluran irigasi agar lebih permanen.

Selain Dinas Pekerjaan Umum Provinsi, Kabupaten dan Kota memperbaiki saluran irigasi, Dinas Pertanian Provinsi Bali dalam tahun 2015 juga menggarap perbaikan irigasi yang menjangkau pengairan seluas 16.200 hektare. Perbaikan saluran irigasi itu termasuk dalam satu paket mendukung swasembada pangan yang mendapat kucuran dana dari Kementeriaan Pertanian sebesar Rp58 miliar.

Dana tersebut diarahkan untuk berbagai kegiatan antara lain optimalisasi lahan, pelaksanaan gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GP PTT) padi, kedelai dan jagung seluas 3.750 hektare, ujar Wisnuardhana. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015