Bangli (Antara Bali) - Petani cengkih di Kintamani Utara, Kabupaten Bangli, resah menyusul turunnya harga komoditas cengkih pada musim panen tahun ini.

Harga cengkih kering saat ini Rp44.000 per kilogram turun dibanding harga pada musim panen tahun lalu berkisar Rp50.000 hingga Rp60.000 per kg.

Beberapa petani cengkih di Desa Dausa, Kintamani Utara, Kabupaten Bangli, yang ditemui Senin mengaku mereka tidak tahu persisi penyebab terjadinya penurunan harga cengkih pada musim panen kali ini.

"Saya tidak mengerti apa penyebab terjadinya penurunan harga. Tapi berdasarkan pengalaman, penurunan harga sering terjadi ketika puncak musim panen tiba," kata Nyoman Budi, salah seorang petani di Desa setempat

Menurutnya, penurunan harga cengkih juga biasa terjadi, apabila terjadi panen raya. Hal senada juga dikatakan Wayan Maria, salah seorang petani lainnya, bahwa kondisi menurunya harga saat musim panen tiba sudah menjadi hal yang biasa.

"Kami sebagai petani hanya bisa menerima, dan tidak tahu apa menjadi penyebab turunnya harga cengkih saat ini," keluhnya.

Selain harga turun, cuaca buruk yang terjadi belakangan ini, mengakibatkan banyak bunga cengkeh rontok sebelum dipanen, sehingga menimbulkan kerugian petani. Hujan disertai angin yang terjadi beberapa minggu ini membuat bunga cengkeh tak bisa dipanen.

"Kebanyakan bunga yang sudah mekar banyak rontok karena tangkaianya tidak kuat menahan guyuran air hujan," ujarnya.

Rata-rata tiap pohon cengkih pasti ada yang rontok akibat cuaca yang tak bersahabat ini. Dibanding musim panen tahun lalu musim panen sekarang tergolong buruk akibat cuaca.

Akibat cuaca buruk ini, kualitas cenglih yang dihasilkan akan jelek akibat proses pengeringn yang relatif lebih lama, katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010