Bangli (Antara Bali) - Warga Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Bali, mengelola kotoran sapi dan ayam menjadi pupuk organik yang setiap harinya mampu berproduksi hingga dua ton pupuk alami tersebut.
"Desa kami mampu memproduksi pupuk organik sebanyak dua ton per hari," ujar Perbekel (Kepala Desa) Tiga, Kecamatan Susut, I Kadek Budiartawan kepada ANTARA di Bangli, Sabtu.
Ia mengatakan, para petani serta peternak setempat mengumpulkan kotoran sapi dan ayamnya, kemudian dikelola menjadi pupuk organik.
Untuk memfalisitasi para petani serta peternak itu membuat pupuk organik, kata Budiartawan, pihak desa telah membentuk kelompok tani yang disebut dengan kelompok tani "Rare Angon". Kelompok ini sekaligus bekerja memproduksi pupuk alami itu.
Ia menjelaskan, setiap harinya, kelompok itu memanfaatkan 30 ekor sapi milik petani serta ribuan ayam yang dipelihara peternak desa setempat.
"Harga yang ditawarkan tidak mahal, yakni satu kantong dijual dengan harga Rp1.000, dan setiap kantong berisi lima kilogram pupuk," ucapnya.
Menurutnya, untuk mengetahui efektivitas penggunaan pupuk organik yang telah memenuhi standar dari Kementerian Pertanian RI itu, pihaknya telah melakukan uji coba di desanya.
"Dari hasil coba itu, pupuk organik kelompok tani Rare Angon jauh lebih baik," katanya.
Ia menjelaskan, keberhasilan kelompok tani dilatarbelakangi oleh komitmen warga Desa Tiga untuk mengembangkan pertanian terpadu.
"Pengembangan pertanian terpadu itu diharuskan petani untuk tidak menggunakan pupuk selain pupuk organik buatan sendiri," ujarnya.
Saat ini, ujar Budiartawan, pupuk organik yang dihasilkan tidak saja dimanfaatkan oleh penduduk desa setempat melainkan juga dijual kepada pemilik kebun kopi dan jeruk di Kecamatan Kintamani.
"Kami baru bisa memenuhi pasar di Kabupaten Bangli saja, sedangkan kabupaten lain belum bisa dilakukan," ujarnya.
Ke depan, kata Budiartawan pupuk organik produksi Desa Tiga itu diharapkan mampu menembus pasar nasional.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Desa kami mampu memproduksi pupuk organik sebanyak dua ton per hari," ujar Perbekel (Kepala Desa) Tiga, Kecamatan Susut, I Kadek Budiartawan kepada ANTARA di Bangli, Sabtu.
Ia mengatakan, para petani serta peternak setempat mengumpulkan kotoran sapi dan ayamnya, kemudian dikelola menjadi pupuk organik.
Untuk memfalisitasi para petani serta peternak itu membuat pupuk organik, kata Budiartawan, pihak desa telah membentuk kelompok tani yang disebut dengan kelompok tani "Rare Angon". Kelompok ini sekaligus bekerja memproduksi pupuk alami itu.
Ia menjelaskan, setiap harinya, kelompok itu memanfaatkan 30 ekor sapi milik petani serta ribuan ayam yang dipelihara peternak desa setempat.
"Harga yang ditawarkan tidak mahal, yakni satu kantong dijual dengan harga Rp1.000, dan setiap kantong berisi lima kilogram pupuk," ucapnya.
Menurutnya, untuk mengetahui efektivitas penggunaan pupuk organik yang telah memenuhi standar dari Kementerian Pertanian RI itu, pihaknya telah melakukan uji coba di desanya.
"Dari hasil coba itu, pupuk organik kelompok tani Rare Angon jauh lebih baik," katanya.
Ia menjelaskan, keberhasilan kelompok tani dilatarbelakangi oleh komitmen warga Desa Tiga untuk mengembangkan pertanian terpadu.
"Pengembangan pertanian terpadu itu diharuskan petani untuk tidak menggunakan pupuk selain pupuk organik buatan sendiri," ujarnya.
Saat ini, ujar Budiartawan, pupuk organik yang dihasilkan tidak saja dimanfaatkan oleh penduduk desa setempat melainkan juga dijual kepada pemilik kebun kopi dan jeruk di Kecamatan Kintamani.
"Kami baru bisa memenuhi pasar di Kabupaten Bangli saja, sedangkan kabupaten lain belum bisa dilakukan," ujarnya.
Ke depan, kata Budiartawan pupuk organik produksi Desa Tiga itu diharapkan mampu menembus pasar nasional.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010