Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali melakukan upaya dan langkah antisipatif untuk menghindari jatuhnya korban akibat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor dan kegiatan proaktif lainnya.

"Upaya itu melalui keterpaduan proses perencanaan pencegahan dan penanggulangan bencana yang diharapkan mampu menekan sekecil mungkin dampak dari bencana alam itu," kata Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Dr Ni Made Ras Amanda Gelgel S.Sos MSi di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, hal itu dilakukan mengingat Indonesia, termasuk Bali merupakan salah satu negara rawan bencana, karena lempengan tektonik yang membentang di Kepulauan Nusantara menyebabkan seringnya mengalami kegiatan seismik.

Kondisi demikian menyebabkan sebagai daerah yang sangat rentan terhadap gempa bumi, tanah longsor, tsunami maupun jenis bencana lainnya.

Ras Amanda menambahkan, demikian pula Pulau Bali yang berlokasi di bagian selatan Indonesia berada di lempeng yang kerap kali mengalami seismik, sehingga sering kali menyebabkan gempa bumi.

"Sejarah mencatat bahwa Bali pernah diguncang gempa yang dahsyat dan mengakibatkan tsunami. Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)mencatat, gempa besar pernah terjadi di Bali pada tahun 1800-an," ujar Ras Amanda, alumnus Program S-3 Kajian Budaya Unud.

Gempa besar juga pernah terjadi pada 1979. Berdasarkan data USGS, setidaknya ada delapan kali gempa skala besar pernah terjadi di Bali.

Salah satu gempa paling tua yang tercatat terjadi pada 22 November 1815 dan 21 Januari 1917. Dalam sejarah gempa, kejadian tersebut dikatakan besar sebab kekuatannya mencapai tujuh SR.

Gempa lain terjadi pada 14 Juli 1976, 26 Januari 1977, 21 Mei 1979, 20 Oktober 1979 dan 17 Desember 1979. Magnitude gempa tersebut bervariasi, mulai dari 5 SR sampai 6,6 SR.

Publikasi I Wayan Sengara dan rekannya dari Institut Teknologi Bandung menyebutkan, bahwa beberapa gempa di Bali tergolong mematikan. Gempa pada 17 Desember 1979 di Karangasem menyebabkan 400 orang luka.

Adapun gempa pada 29 Maret 1862 di Buleleng mencapai intensitas tujuh Modified Mercalli Intensity (MMI).

Data NOAA mengungkap bahwa ada beberapa gempa Bali yang mengakibatkan tsunami. Gempa 22 November 1815 mengakibatkan tsunami dan menewaskan 1.200 orang. Gempa 13 Mei 1857 juga mengakibatkan gejolak ombak setinggi 3,4 meter dan gempa 20 Januari 1917 mengakibatkan tsunami setinggi dua meter.

Ras Amanda menambahkan, dari hal itu diketahui, bahwa Pulau Bali adalah daerah rawan bencana. Ironisnya daerah-daerah rawan bencana seperti tsunami adalah daerah pesisir pantai yang dipadati oleh penduduk serta kegiatan pariwisata maupun pusat-pusat keramaian lainnya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014