Denpasar (ANTARA) - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Indra mengatakan dalam menghadapi ancaman bencana alam itu membutuhkan rencana kontingensi karena tidak setiap bencana alam membutuhkan strategi yang sama dalam penanganannya.
"Setiap erupsi memiliki penanganan yang berbeda karena terdapat karakteristik bencana baik itu lokasi dan masyarakat yang ada di sekitarnya," kata Dewa Indra saat didaulat sebagai narasumber "knowledge sharing" Rakornas PB 2021 dengan tema " Bencana Geologi Gempa Bumi, Tsunami, Erupsi Gunung Api melalui virtual di Denpasar, Kamis.
Baca juga: Wagub Bali paparkan inovasi pariwisata hadapi bencana ke DPD
Menurut dia, pemimpin yang bertanggung jawab (dalam hal ini Kalaksa BPBD dan Basarnas) harus ada di lokasi bencana, terutama saat masa kritis berlangsung.
"Itu karena seorang pemimpin harus mengetahui perkembangan perubahan terjadinya erupsi detik per detik dan harus cepat mengambil langkah atau memberi respon, sehingga tidak akan terlambat dalam mengambil keputusan dalam posisi mendesak," katanya.
Setiap kondisi di lapangan tentu saja akan sangat berbeda karakteristiknya, terutama saat pra-erupsi, saat erupsi terjadi dan pasca-erupsi. Selain itu sangat penting bagi seorang pemimpin dan timnya untuk membuka catatan erupsi sebelumnya (semisal erupsi Gunung Agung sempat terjadi juga pada tahun 1963).
Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami karakteristik erupsi yang akan terjadi, sehingga akan diketahui langkah-langkah yang akan diambil sesuai gejala awal yang ditunjukkan oleh kondisi terkini.
Setelah itu pemahaman untuk langkah-langkah bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar lokasi erupsi akan secara cepat dapat dilakukan karena sudah mengetahui petunjuk awal.
Baca juga: Luhut : 9 wilayah rawan gempa bumi, termasuk Bali, perlu waspada pada 2021
Yang lebih penting dari itu adalah membangun rantai komunikasi dari otoritas terdepan dalam hal ini adalah BPBD yang bertugas melakukan pengamatan.
Karena rantai komunikasi penting dilakukan untuk menyampaikan ke masyarakat terdekat dengan lokasi erupsi, sehingga dapat memberikan arahan kepada masyarakat yang lebih luas (dari hulu ke hilir) dalam mengambil tindakan tercepat apabila erupsi terjadi dan membahayakan keselamatan orang banyak.
"Dalam keadaan seperti ini tidak ada institusi yang mampu bekerja sendiri, sehingga kerjasama antara instansi terkait (TNI-POLRI dan Relawan) menjadi sangat penting untuk berbagi peran agar lebih kuat dalam penanganan bencana," ujarnya.
Mengutamakan kekuatan peran serta lokal (masyarakat setempat) salah satunya membentuk relawan dari masyarakat setempat menjadi sangat penting untuk mengetahui dan menentukan tempat atau jalur evakuasi sebagai kekuatan terdepan, karena tentunya masyarakat sekitar akan lebih mengetahui terkait jalur evakuasi teraman untuk masyarakat sekitar Gunung yang sedang mengalami erupsi.
Dengan berbagi beban bersama relawan yang merupakan warga setempat tentu saja akan mempermudah penanganan, termasuk mulai menyiapkan posko pengungsian, jalur evakuasi, penyiapan konsumsi dan alat-alat.
Selain beberapa hal penting yang terurai tersebut, sesuai kumpulan catatan dari Sekretaris Daerah Dewa Indra yang sempat secara langsung menangani sejumlah bencana di Bali, salah satunya erupsi Gunung Agung, juga menyampaikan bahwa membuat rencana cadangan (contigency plan).
Baca juga: Sekda Karangasem tinjau senderan Tukad Mantri Ujung yang jebol
Dengan demikian kita tidak gagap dalam menangani dan menghadapi bencana-bencana yang kemungkinan akan berulang dengan jangka waktu yang belum pernah kita ketahui terjadinya, yang kemudian dilanjutkan dengan gladi lapangan bersama TNI-Polri.
"Sehingga ketika terjadi lagi bencana selanjutnya kita akan siap untuk melakukan operasional plan," kata Dewa Indra.
Persoalan bandara juga menjadi penting karena saat erupsi Gunung Agung menyebabkan terganggunya penerbangan yang menyebabkan tertutupnya bandara, sehingga penting dilakukan pintu masuk terutama bandara atau jalur komunikasi alternatif, sehingga jika terjadi bencana kita semua memiliki bandara alternatif.
"Pentingnya memiliki jalur komunikasi alternatif agar masih memiliki sumber mengalirkan daya pertolongan bencana tetapi untuk tetap menghidupkan ekonomi," ucapnya.