Jakarta (Antara Bali) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) mencatat
minat investasi untuk sektor prioritas mencapai 18,7 miliar dolar AS
sepanjang Oktober hingga pertengahan Desember 2014.
"Nilai tersebut sangat mungkin bertambah karena dari 43 investor yang sudah menyatakan minatnya, 18 diantaranya sudah menyampaikan nilai investasi," kata Kepala BPKM Franky Sibarani dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Beberapa sektor yang menarik minat investor yakni ketenagalistrikan, industri padat karya, pertanian (khususnya hilirisasi produk minyak kelapa sawit, karet dan kakao), maritim, substitusi impor, hilirisasi produk tambah dan migas sera infrastruktur.
Nilai positif dari masuknya minat investasi itu, menurut Franky, adalah tingginya animo investor untuk menanamkan modalnya di sektor industri substitusi impor.
Dalam catatan BKPM, ada 10 investor yang mengindikasikan minatnya untuk berinvestasinya. Lima di antaranya bahkan sudah menyampaikan komitmen nilai investasi sebasar 8,5 miliar dolar AS.
"Kondisi ini dalam jangka panjang akan menekan angka impor Indonesia dan menyeimbangkan neraca pembayaran. Pasalnya, industri dalam negeri masih mengalami ketergantungan impor bahan baku, bahan penolong dan bahan modal," ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor untuk ketiga industri dasar bahan baku, bahan penolong dan bahan modal, sepanjang Januari-September 2014 mencapai 114,3 miliar dolar AS atau 76 persen dari total impor.
Ada pun pada impor tiga industri dasar pada 2013 mencapai 149,7 miliar dolar AS.
"Itulah kenapa BKPM menempatkan industri substitusi impor sebagai prioritas investasi," ujarnya.
Franky menuturkan, pihaknya siap mengawal minat investasi yang masuk melalui proses kemudahan perizinan dan fasilitasi investor.
Tak hanya untuk investor baru, pihaknya juga menfasilitasi investor lama yang akan melakukan perluasan usaha.
"Kami akan mengadakan dialog dengan investor di sektor prioritas, untuk mendengar apa yang dibutuhkan mereka dalam mendorong ekspor dan melakukan penambahan investasi," tambahnya.
BKPM saat ini tengah melakukan proses integrasi perizinan dalam kerangka pelayanan terpadu satu atap (PTSP) nasional, yang akan diresmikan akhir Januari 2015.
Setelah melakukan pembenahan layanan perizinan melalui aplikasi layanan perizinan online, BKPM juga akan melakukan integrasi perizinan di tingkat pusat (kementerian/lembaga) pada 2015, dan integrasi perizinan dengan pemerintah daerah melalui Badan Penanaman Modal-Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) pada 2016.
"Kami akan senantiasa hadir untuk meningkatkan daya saing investasi Indonesia, sehingga dapat menarik investor, menggerakkan perekonomian yang pada akhirnya menuju kesejahteraan bangsa," kata Franky.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Nilai tersebut sangat mungkin bertambah karena dari 43 investor yang sudah menyatakan minatnya, 18 diantaranya sudah menyampaikan nilai investasi," kata Kepala BPKM Franky Sibarani dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Beberapa sektor yang menarik minat investor yakni ketenagalistrikan, industri padat karya, pertanian (khususnya hilirisasi produk minyak kelapa sawit, karet dan kakao), maritim, substitusi impor, hilirisasi produk tambah dan migas sera infrastruktur.
Nilai positif dari masuknya minat investasi itu, menurut Franky, adalah tingginya animo investor untuk menanamkan modalnya di sektor industri substitusi impor.
Dalam catatan BKPM, ada 10 investor yang mengindikasikan minatnya untuk berinvestasinya. Lima di antaranya bahkan sudah menyampaikan komitmen nilai investasi sebasar 8,5 miliar dolar AS.
"Kondisi ini dalam jangka panjang akan menekan angka impor Indonesia dan menyeimbangkan neraca pembayaran. Pasalnya, industri dalam negeri masih mengalami ketergantungan impor bahan baku, bahan penolong dan bahan modal," ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor untuk ketiga industri dasar bahan baku, bahan penolong dan bahan modal, sepanjang Januari-September 2014 mencapai 114,3 miliar dolar AS atau 76 persen dari total impor.
Ada pun pada impor tiga industri dasar pada 2013 mencapai 149,7 miliar dolar AS.
"Itulah kenapa BKPM menempatkan industri substitusi impor sebagai prioritas investasi," ujarnya.
Franky menuturkan, pihaknya siap mengawal minat investasi yang masuk melalui proses kemudahan perizinan dan fasilitasi investor.
Tak hanya untuk investor baru, pihaknya juga menfasilitasi investor lama yang akan melakukan perluasan usaha.
"Kami akan mengadakan dialog dengan investor di sektor prioritas, untuk mendengar apa yang dibutuhkan mereka dalam mendorong ekspor dan melakukan penambahan investasi," tambahnya.
BKPM saat ini tengah melakukan proses integrasi perizinan dalam kerangka pelayanan terpadu satu atap (PTSP) nasional, yang akan diresmikan akhir Januari 2015.
Setelah melakukan pembenahan layanan perizinan melalui aplikasi layanan perizinan online, BKPM juga akan melakukan integrasi perizinan di tingkat pusat (kementerian/lembaga) pada 2015, dan integrasi perizinan dengan pemerintah daerah melalui Badan Penanaman Modal-Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPM-PTSP) pada 2016.
"Kami akan senantiasa hadir untuk meningkatkan daya saing investasi Indonesia, sehingga dapat menarik investor, menggerakkan perekonomian yang pada akhirnya menuju kesejahteraan bangsa," kata Franky.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014