Denpasar (Antara Bali) - Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang meliputi premium dan solar menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Singaraja, Bali utara yang mencapai 2,08 persen selama bulan November 2014.

"Bekas ibu kota Provinsi Bali itu mengalami inflasi 2,08 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) 122,05," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, tingkat inflasi tahun kelender November 2014 sebesar 7,32 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun yakni November 2014 terhadap November 2013 sebesar 7,49 persen.

Inflasi tersebut juga sebagai akibat naiknya tarif dasar listrik secara bertahap dan biaya administrasi perbankan.

Panasunan Siregar menambahkan, kenaikan harga ditunjukkan oleh meningkatnya indeks kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,07 persen, kelompok bahan bangunan 1,58 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,57 persen.

Sedangkan kelompok sandang 0,43 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,13 persen. Sementara kelompok kesehatan tidak mengalami perubahan indeks.

Panasunan Siregar menambahkan, komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi selama bulan November 2014 antara lain cabai rawit, cabai merah, biaya administrasi transfer uang, biaya administrasi kartu atm, buncis, kacang panjang, solar dan bensin.

Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran servei semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Padang sebesar 3,44 persen dan terendah di Manokwari 0,07 persen.

Jika diurut dari inflasi tertinggi, maka kota Singaraja menempati urutan ke-9 dari 82 kota yang mengalami inflasi, ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014