Denpasar (Antara Bali) - Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menyuguhkan pemutaran film dokumenter perjalanan sukses pematung I Ketut Muja (70) selama dua hari, 22-23 November 2014.
"Perjalanan sukses pematung yang menggunakan bahan baku berbagai jenis akar kayu dimaknai dengan diskusi bersama kurator, I Wayan Seriyoga Parta dan seniman I Made Supena," kata Penata Program BBB Putu Aryastawa di Denpasar, Sabtu.
Seriyoga Parta yang pernah menulis biografi I Ketut Muja akan memaparkan lebih mendalam sosok hingga capaian I Ketut Muja yang menjadi salah seorang maestro patung beraliran realis naturalistik.
Berbagai jenis akar kayu yang didatangkan dari berbagai tempat di Bali, bahkan secara khusus dari Jawa dijadikan bahan pembuatan patung dan aneka jenis cindera mata yang unik dan menarik.
Hasil sentuhan tangan-tangan terampil itu kini menjadi koleksi sejumlah museum di mancanegara antara lain museum di Jerman dan sejumlah museum di Indonesia, termasuk Bali.
Seriyoga Parta, mahasiswa program doktor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menilai, seniman Ketut Muja adalah salah seorang maestro yang capaian dan karya-karya memberikan pengaruh terhadap perkembangan seni rupa moderen Bali.
Hal itu terbukti, sosok Ketut Muja dan kreativitas yang dihasilkan melalui karya patung dari akar pohon yang orisinil mendorong lahirnya seniman-seniman patung muda di sekitar Banjar Mukti, Desa Singapadu, Kabupaten Gianyar.
Guna memaknai program sinema yang dirangkum dalam tajuk "Pemutaran Dokumenter Memoar Para Maestro" selama dua hari itu ditayangkan pula dokumenter seniman Ida Bagus Made Poleng serta Franz March (asal Jerman).
Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Jerman, Goethe Institut, yakni pada hari Minggu (23/11) diputar film-film dokumenter maestro tari dan lukis Jerman, yakni Sasha Waltz (Brigitte Kramer, 72 menit, 2013), Pina Bausch (Anne Linsel, 43 menit, 2006), dan perupa Gerard Ritcher (Corrina Belz, 98 menit, 2011).
Seniman I Ketut Muja, kelahiran 31 Desember 1944, dikenal sebagai seniman yang menekuni seni topeng tradisi dan kemudian menciptakan karya-karya yang otentik dan moderen.
Karya-karyanya itu mengekspresikan sikap kepeduliannya terhadap kekinian dengan pilihan bentuk realis naturalistik.
Sekitar tahun 1970-an, I Ketut Muja menciptakan karya-karya patung bertema Ramayana dan Mahabarata. Yang paling monumental adalah karya patung "Hanoman"-nya, merupakan hasil kreativitas dari gabungan topeng tradisi, gaya patung Realis-Naturalistik dan Dekoratif.
Dengan pahatan-pahatan yang maha rumit dan sangat detail, salah satu karyanya dapat disaksikan pada koleksi yang tersimpan di Taman Budaya Bali yang berjudul "Hanoman Pasah", ujar Seriyoga Parta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Perjalanan sukses pematung yang menggunakan bahan baku berbagai jenis akar kayu dimaknai dengan diskusi bersama kurator, I Wayan Seriyoga Parta dan seniman I Made Supena," kata Penata Program BBB Putu Aryastawa di Denpasar, Sabtu.
Seriyoga Parta yang pernah menulis biografi I Ketut Muja akan memaparkan lebih mendalam sosok hingga capaian I Ketut Muja yang menjadi salah seorang maestro patung beraliran realis naturalistik.
Berbagai jenis akar kayu yang didatangkan dari berbagai tempat di Bali, bahkan secara khusus dari Jawa dijadikan bahan pembuatan patung dan aneka jenis cindera mata yang unik dan menarik.
Hasil sentuhan tangan-tangan terampil itu kini menjadi koleksi sejumlah museum di mancanegara antara lain museum di Jerman dan sejumlah museum di Indonesia, termasuk Bali.
Seriyoga Parta, mahasiswa program doktor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menilai, seniman Ketut Muja adalah salah seorang maestro yang capaian dan karya-karya memberikan pengaruh terhadap perkembangan seni rupa moderen Bali.
Hal itu terbukti, sosok Ketut Muja dan kreativitas yang dihasilkan melalui karya patung dari akar pohon yang orisinil mendorong lahirnya seniman-seniman patung muda di sekitar Banjar Mukti, Desa Singapadu, Kabupaten Gianyar.
Guna memaknai program sinema yang dirangkum dalam tajuk "Pemutaran Dokumenter Memoar Para Maestro" selama dua hari itu ditayangkan pula dokumenter seniman Ida Bagus Made Poleng serta Franz March (asal Jerman).
Kegiatan tersebut bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Jerman, Goethe Institut, yakni pada hari Minggu (23/11) diputar film-film dokumenter maestro tari dan lukis Jerman, yakni Sasha Waltz (Brigitte Kramer, 72 menit, 2013), Pina Bausch (Anne Linsel, 43 menit, 2006), dan perupa Gerard Ritcher (Corrina Belz, 98 menit, 2011).
Seniman I Ketut Muja, kelahiran 31 Desember 1944, dikenal sebagai seniman yang menekuni seni topeng tradisi dan kemudian menciptakan karya-karya yang otentik dan moderen.
Karya-karyanya itu mengekspresikan sikap kepeduliannya terhadap kekinian dengan pilihan bentuk realis naturalistik.
Sekitar tahun 1970-an, I Ketut Muja menciptakan karya-karya patung bertema Ramayana dan Mahabarata. Yang paling monumental adalah karya patung "Hanoman"-nya, merupakan hasil kreativitas dari gabungan topeng tradisi, gaya patung Realis-Naturalistik dan Dekoratif.
Dengan pahatan-pahatan yang maha rumit dan sangat detail, salah satu karyanya dapat disaksikan pada koleksi yang tersimpan di Taman Budaya Bali yang berjudul "Hanoman Pasah", ujar Seriyoga Parta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014