Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali memeriksa 2.000 sampel darah dari berbagai latar belakang untuk memastikan perkembangan wabah HIV/AIDS di Pulau Dewata tahun ini.
"Dalam pengambilan sampel darah ini kami menyasar kelompok yang berisiko tinggi di antaranya narapidana narkotika, spa, panti pijat, kafe, dan sopir," kata Kepala Dinkes Bali, dr I Ketut Suarjaya, di Denpasar, Selasa.
Pada tahun 2013 penderita HIV/AIDS mencapai 20 persen dari sampel yang diambil, sedangkan untuk tahun 2014, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan hingga pekan ini.
Pihaknya mengharapkan penderita HIV/AIDS tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. "Minggu ini baru seselai pemeriksaannya, kemungkinan akhir November hasilnya dapat kami umumkan," ujarnya.
Pengambilan sampel darah tersebut bersifat rahasia yang mana identitas pasien dirahasiakan karena merupakan privasi masing-masing orang.
Ia menuturkan bahwa tren penderita HIV jumlahnya semakin meningkat. Namun, masyarakat jatuh pada fase AIDS tersebut tetap stagnan.
Oleh sebab itu, pihaknya sudah memberikan pencegahan serta pengobatan terhadap masyarakat yang terinveksi HIV.
"Secara rutin kami sarankan kepada penderita HIV yang baru untuk melakukan pengobatan sehingga virus yang ada di dalam tubuhnya tidak berkembang dan masuk ke fase AIDS," ujarnya.
Pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan penyakit itu dengan meningkatkan pemahaman secara komprehensif kepada para pemuda, kelompok masyarakat, anak sekolah melalui program Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN).
"Sosialisai terus kami tingkatkan untuk meminimalisir penderita HIV/AIDS," ujarnya.
Dengan melakukan sosialisai masyarakat akan lebih memahami bagaimana terjadinya penularan HIV tersebut yang cenderung disebabkan oleh hubungan seksual dan penularan dari ibu ke bayi.
Selain itu, penularan penyakit tersebut juga dapat melalui tranfusi darah, penggunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Sementara itu, untuk mengantisipasi penularan dari ibu ke anak atau bayi, tenaga kesehtan yang melakukan pemeriksaan diwajibkan menyarankan ibu hamil melakukan pemeriksaan HIV.
"Tenaga kesehatan wajib menyarankan hal itu. Namun, keputusan ada ditangan pasien," ujarnya.
Penularan HIV dari ibu ke bayi sangat besar pengaruhnya terhadap meningkatnya jumlah penderita HIV sehingga sangat disarankan ibu hamil melakukan pencegahan dini atau melakukan pemeriksaan HIV agar tidak menularkan ke anaknya.
"Ibu hamil yang positif HIV kemungkinan besar penularan terhadap anak akan lebih cepat," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Dalam pengambilan sampel darah ini kami menyasar kelompok yang berisiko tinggi di antaranya narapidana narkotika, spa, panti pijat, kafe, dan sopir," kata Kepala Dinkes Bali, dr I Ketut Suarjaya, di Denpasar, Selasa.
Pada tahun 2013 penderita HIV/AIDS mencapai 20 persen dari sampel yang diambil, sedangkan untuk tahun 2014, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan hingga pekan ini.
Pihaknya mengharapkan penderita HIV/AIDS tahun ini lebih rendah dari tahun sebelumnya. "Minggu ini baru seselai pemeriksaannya, kemungkinan akhir November hasilnya dapat kami umumkan," ujarnya.
Pengambilan sampel darah tersebut bersifat rahasia yang mana identitas pasien dirahasiakan karena merupakan privasi masing-masing orang.
Ia menuturkan bahwa tren penderita HIV jumlahnya semakin meningkat. Namun, masyarakat jatuh pada fase AIDS tersebut tetap stagnan.
Oleh sebab itu, pihaknya sudah memberikan pencegahan serta pengobatan terhadap masyarakat yang terinveksi HIV.
"Secara rutin kami sarankan kepada penderita HIV yang baru untuk melakukan pengobatan sehingga virus yang ada di dalam tubuhnya tidak berkembang dan masuk ke fase AIDS," ujarnya.
Pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penularan penyakit itu dengan meningkatkan pemahaman secara komprehensif kepada para pemuda, kelompok masyarakat, anak sekolah melalui program Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba (KSPAN).
"Sosialisai terus kami tingkatkan untuk meminimalisir penderita HIV/AIDS," ujarnya.
Dengan melakukan sosialisai masyarakat akan lebih memahami bagaimana terjadinya penularan HIV tersebut yang cenderung disebabkan oleh hubungan seksual dan penularan dari ibu ke bayi.
Selain itu, penularan penyakit tersebut juga dapat melalui tranfusi darah, penggunaan narkoba dengan menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Sementara itu, untuk mengantisipasi penularan dari ibu ke anak atau bayi, tenaga kesehtan yang melakukan pemeriksaan diwajibkan menyarankan ibu hamil melakukan pemeriksaan HIV.
"Tenaga kesehatan wajib menyarankan hal itu. Namun, keputusan ada ditangan pasien," ujarnya.
Penularan HIV dari ibu ke bayi sangat besar pengaruhnya terhadap meningkatnya jumlah penderita HIV sehingga sangat disarankan ibu hamil melakukan pencegahan dini atau melakukan pemeriksaan HIV agar tidak menularkan ke anaknya.
"Ibu hamil yang positif HIV kemungkinan besar penularan terhadap anak akan lebih cepat," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014