Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana sulit mempertahankan dokter spesialis, meskipun yang bersangkutan menempuh pendidikan dengan bantuan biaya dari negara.

"Sering setelah lulus, hanya bertugas sebentar di sini setelah itu minta pindah. Dengan situasi seperti ini, kami terus kekurangan dokter spesialis," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Putu Suasta, MKes, di Negara, Senin.

Ia mengatakan, wajar jika dokter ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar, khususnya yang sudah menempuh pendidikan spesialis.

Namun hal itu, menurutnya, tidak harus menghilangkan etika apalagi meninggalkan daerah yang bersedia memberikan izin belajar, untuk menempuh pendidikan dari dokter umum ke spesialis.

"Sebenarnya ada perjanjian dalam izin belajarnya, minimal mereka harus mengabdi lima tahun di daerah asal setelah lulus dokter spesialis. Tapi dalam prakteknya sangat sulit mempertahankan mereka. Ada saja alasan dan situasi yang membuat mereka bisa pindah," ujarnya.

Karena itu ia berharap, tiga dokter asal Kabupaten Jembrana yang saat ini sedang menempuh pendidikan spesialis dengan biaya dari Kementerian Kesehatan, bisa memenuhi janji mereka yaitu bekerja di daerah ini minimal lima tahun.

Ia mengatakan, Pemkab Jembrana memberikan izin belajar bagi mereka, dengan harapan bisa menutup kekurangan dokter spesialis di RSU Negara.

"Memang disini kemampuan serta jumlah pasiennya tidak sebanyak di kota besar, apalagi kebanyakan berobat dengan menggunakan jaminan kesehatan sehingga biaya jasa dokter sudah terstandar. Tapi kalau berpikir asal usul sampai mereka bisa menjadi dokter spesialis, harusnya mengabdi dulu di Jembrana," katanya.

Ia juga mengungkapkan, sebenarnya dengan perginya tiga dokter tersebut, semakin menambah kekurangan dokter umum di Kabupaten Jembrana khususnya di Puskesmas.

Idealnya, katanya, hanya satu dokter untuk menempuh pendidikan, baru disusul dokter lainnya saat yang bersangkutan sudah lulus.

"Kalau tiap tahun tiga orang dokter sekolah, berarti selama masa pendidikan dokter spesialis yang bisa mencapai empat tahun, kami akan kehilangan duabelas dokter. Kalaupun harus ada setiap tahun, harusnya hanya satu orang," ujarnya.(GBI)

Pewarta: Oleh Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014