Jakarta (Antara Bali) - Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti menilai PAN dan
PKS sudah bukan lagi partai reformis karena telah menolak pilkada
langsung setelah kekalahan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa pada pilpres 9
Juli 2014.
"Sikap PAN dan PKS yang tiba-tiba menolak pilkada langsung mencerminkan semangat reformasi yang diusung sebagai landasan pendirian partai tersebut era 98 sebagai antitesis Golkar saat itu telah gugur dengan sendiri," kata Direktur Eksekutif Pusaka Trisakti Fahmi Habsyi di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan dengan menolak pilkada langsung dan mengembalikannya kepada pemilihan melalui DPRD sama saja mendukung apa yang telah dijalankan oleh Orde Baru diera Golkar zaman Suharto.
"Lain kata lain perbuatan ini sejarah terhitam pemerintahan saat ini dan tanda-tanda runtuhnya sebuah rezim dan dinastinya, sekaligus momen yang tepat buat PAN dan PKS jika ingin bubarkan diri untuk bergabung dengan Golkar karena hakekat reformasi yang diperjuangkan dahulu dikubur oleh ambisi jangka pendeknya," ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Fahmi teringat ketika Pak Amien pidato acara MARA (Majelis Amanat Rakyat) sebagai embrio PAN, begitu mengebu-gebu mendukung pilkada dan pilpres langsung dan menyatakan bahwa MARA akan perjuangankan agenda reformasi, namun hari ini Amien Rais sudah layak menjadi Ketua Golkar Baru jika PAN jadi merger dengan Golkar.
"Sebagai aktivis 98 dan kaum muda saya minta maaf karena telah salah ikut mendengarkan pidato Amien saat itu dan percaya omongan orang yang lebih tua," katanya.
Untuk itu Fahmi menghimbau agar segala penyebutan Amien Rais sebagai tokoh reformasi sudah tak berlaku lagi dan tidak lagi tercatat dalam literatur sejarah bangsa Indonesia. Ini semua demi kehormatan dan darah pahlawan reformasi korban tragedi trisakti dan semanggi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sikap PAN dan PKS yang tiba-tiba menolak pilkada langsung mencerminkan semangat reformasi yang diusung sebagai landasan pendirian partai tersebut era 98 sebagai antitesis Golkar saat itu telah gugur dengan sendiri," kata Direktur Eksekutif Pusaka Trisakti Fahmi Habsyi di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan dengan menolak pilkada langsung dan mengembalikannya kepada pemilihan melalui DPRD sama saja mendukung apa yang telah dijalankan oleh Orde Baru diera Golkar zaman Suharto.
"Lain kata lain perbuatan ini sejarah terhitam pemerintahan saat ini dan tanda-tanda runtuhnya sebuah rezim dan dinastinya, sekaligus momen yang tepat buat PAN dan PKS jika ingin bubarkan diri untuk bergabung dengan Golkar karena hakekat reformasi yang diperjuangkan dahulu dikubur oleh ambisi jangka pendeknya," ujar politisi PDI Perjuangan ini.
Fahmi teringat ketika Pak Amien pidato acara MARA (Majelis Amanat Rakyat) sebagai embrio PAN, begitu mengebu-gebu mendukung pilkada dan pilpres langsung dan menyatakan bahwa MARA akan perjuangankan agenda reformasi, namun hari ini Amien Rais sudah layak menjadi Ketua Golkar Baru jika PAN jadi merger dengan Golkar.
"Sebagai aktivis 98 dan kaum muda saya minta maaf karena telah salah ikut mendengarkan pidato Amien saat itu dan percaya omongan orang yang lebih tua," katanya.
Untuk itu Fahmi menghimbau agar segala penyebutan Amien Rais sebagai tokoh reformasi sudah tak berlaku lagi dan tidak lagi tercatat dalam literatur sejarah bangsa Indonesia. Ini semua demi kehormatan dan darah pahlawan reformasi korban tragedi trisakti dan semanggi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014