Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali melaksanakan kegiatan "sistem of rice intensification" (SRI), sebagai salah satu upaya teknologi usaha tani organik.
"Kegiatan terpadu yang melibatkan petani itu dalam setahun sedikitnya dilaksanakan pada enam unit," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardana, di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, kegiatan SRI itu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan petani melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) yang menjangkau petani penggarap lahan seluas 15.000 hektare dalam tahun 2014.
Kegiatan tersebut terdiri atas pemantapan seluas 12.000 hektare dan pengembangan 3.000 hektare.
Wisnuardana menambahkan, upaya tersebut menekankan kemampuan petani dalam mengatasi serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan harapan mampu meningkatkan produksi persatuan hektare.
Dalam meningkatkan produksi pertanian itu juga menerapkan SRI yakni membantu sarana produksi kepada petani serta melakukan gerakan peningkatan produksi padi yang berbasis koorporasi.
Ida Bagus Wisnuardana menambahkan, program SRI dalam 2014 itu mempunyai sasaran untuk menjangkau lahan seluas 7.800 hektare meningkat dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya 5.800 hektare.
Kegiatan lainnya menyangkut pembinaan tenis, subsidi benih, tambahan subsidi pupuk organik, brigade pengolahan tanah.
Pengendalian OPT melalui pengamatan secara berkala, menyediakan pestisida di tingkat kabupaten dan provinsi dalam jumlah yang memadai.
"Semua upaya itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas persatuan hektare," ujar Ida Bagus Wisnuardana.
Produktivitas tanaman padi di Bali 58,60 kuintal gabah kering panen (GKP) per hektare selama tahun 2013, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.
Produksi rata-rata itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.
Pengembangan pertanian organik di Bali juga mampu menghasilkan produk yang lebih sehat, aman dan lebih bergizi, serta mengurangi penggunaan energi yang berlebihan (gas).
Hal lain yang tidak kalah penting meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan, ujar Ida Bagus Wisnuardana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kegiatan terpadu yang melibatkan petani itu dalam setahun sedikitnya dilaksanakan pada enam unit," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardana, di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, kegiatan SRI itu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan petani melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) yang menjangkau petani penggarap lahan seluas 15.000 hektare dalam tahun 2014.
Kegiatan tersebut terdiri atas pemantapan seluas 12.000 hektare dan pengembangan 3.000 hektare.
Wisnuardana menambahkan, upaya tersebut menekankan kemampuan petani dalam mengatasi serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dengan harapan mampu meningkatkan produksi persatuan hektare.
Dalam meningkatkan produksi pertanian itu juga menerapkan SRI yakni membantu sarana produksi kepada petani serta melakukan gerakan peningkatan produksi padi yang berbasis koorporasi.
Ida Bagus Wisnuardana menambahkan, program SRI dalam 2014 itu mempunyai sasaran untuk menjangkau lahan seluas 7.800 hektare meningkat dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya 5.800 hektare.
Kegiatan lainnya menyangkut pembinaan tenis, subsidi benih, tambahan subsidi pupuk organik, brigade pengolahan tanah.
Pengendalian OPT melalui pengamatan secara berkala, menyediakan pestisida di tingkat kabupaten dan provinsi dalam jumlah yang memadai.
"Semua upaya itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas persatuan hektare," ujar Ida Bagus Wisnuardana.
Produktivitas tanaman padi di Bali 58,60 kuintal gabah kering panen (GKP) per hektare selama tahun 2013, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.
Produksi rata-rata itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.
Pengembangan pertanian organik di Bali juga mampu menghasilkan produk yang lebih sehat, aman dan lebih bergizi, serta mengurangi penggunaan energi yang berlebihan (gas).
Hal lain yang tidak kalah penting meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan, ujar Ida Bagus Wisnuardana. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014