Jakarta (Antara Bali) - Sejumlah pengusaha SPBU mengusulkan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi menjadi Rp8.000 perliter dari selama ini cuma Rp6.500/liter untuk premium dan solar Rp5.500/liter.
"Harga BBM Rp8.000 perliter merupakan harga ideal saat ini," kata Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), Eri Purnomohadi, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, satu-satunya solusi menekan beban subsidi BBM yang terus meningkat adalah dengan menaikkan harganya.
"Segala opsi pengendalian atau pembatasan pemakaian BBM subsidi sudah dikaji dan diimplementasikan, ternyata tidak berhasil dan malah menimbulkan kekacauan di lapangan," katanya.
Pada sisi lain, produksi dan pemasaran kendaraan pribadi terus digenjot dari tahun ke tahun, yang jumlahnya sudah melebihi 1,1 juta unit mobil pertahun sejak beberapa tahun lalu.
Hal ini juga disumbang ketiadaan sarana angkutan umum yang handal, aman, nyaman, dan tepat waktu dengan interkonektivitas memadai. Ini menjadi ranah pemerintah untuk mewujudkan.
Namun demikian, kata dia, sebelum harga BBM dinaikkan, pemerintah terlebih dahulu melakukan program jaring pengaman sosial. "Setiap warga miskin bisa diberikan dana Rp300.000 selama setahun," katanya.
Pemberian dana tersebut, lanjutnya, tidak terlalu memberatkan anggaran negara karena hanya diberikan selama setahun, sementara dana penghematan berlangsung seterusnya.
Lalu, menurut dia, dana penghematan mesti digunakan untuk pembangunan infrastruktur bahan bakar gas seperti pipa dan stasiun pengisian bahan bakar gas dengan tujuan menekan subsidi BBM.
"Lalu, juga digunakan untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan transportasi massal," katanya.
Subsidi BBM dalam APBN Perubahan 2014 dialokasikan Rp246,5 triliun, sementara RAPBN 2015 direncanakan mengalami kenaikan menjadi Rp291,1 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Harga BBM Rp8.000 perliter merupakan harga ideal saat ini," kata Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas), Eri Purnomohadi, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, satu-satunya solusi menekan beban subsidi BBM yang terus meningkat adalah dengan menaikkan harganya.
"Segala opsi pengendalian atau pembatasan pemakaian BBM subsidi sudah dikaji dan diimplementasikan, ternyata tidak berhasil dan malah menimbulkan kekacauan di lapangan," katanya.
Pada sisi lain, produksi dan pemasaran kendaraan pribadi terus digenjot dari tahun ke tahun, yang jumlahnya sudah melebihi 1,1 juta unit mobil pertahun sejak beberapa tahun lalu.
Hal ini juga disumbang ketiadaan sarana angkutan umum yang handal, aman, nyaman, dan tepat waktu dengan interkonektivitas memadai. Ini menjadi ranah pemerintah untuk mewujudkan.
Namun demikian, kata dia, sebelum harga BBM dinaikkan, pemerintah terlebih dahulu melakukan program jaring pengaman sosial. "Setiap warga miskin bisa diberikan dana Rp300.000 selama setahun," katanya.
Pemberian dana tersebut, lanjutnya, tidak terlalu memberatkan anggaran negara karena hanya diberikan selama setahun, sementara dana penghematan berlangsung seterusnya.
Lalu, menurut dia, dana penghematan mesti digunakan untuk pembangunan infrastruktur bahan bakar gas seperti pipa dan stasiun pengisian bahan bakar gas dengan tujuan menekan subsidi BBM.
"Lalu, juga digunakan untuk sektor kesehatan, pendidikan, dan transportasi massal," katanya.
Subsidi BBM dalam APBN Perubahan 2014 dialokasikan Rp246,5 triliun, sementara RAPBN 2015 direncanakan mengalami kenaikan menjadi Rp291,1 triliun. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014