Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Bali Ketut Kariyasa Adnyana mendesak pemerintah provinsi dan Kabupaten Bangli untuk melakukan penanganan pengerukan terhadap pendangkalan Danau Batur hingga tujuh meter.
"Kami harapkan Pemerintah Provinsi Bali untuk melakukan koordinasi dengan Pemkab Bangli untuk menindaklanjuti permasalahan Danau Batur seperti sekarang," katanya seusai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali, di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan akibat dari pendangkalan danau yang berada di kaki Gunung Batur tersebut, warga masyarakat sekitar, antara lain rumah warga di Desa Terunyan sebagian terendam air.
"Memang kalau sudah mengalami pendangkalan, tentu air Danau Batur akan menggenangi desa-desa yang ada di pingkiran danau. Karena itu kami berharap secepatnya pemerintah mengambil tindakan," ucap politikus asal Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu.
Kariyasa Adnyana mengatakan pendangkalan tersebut akibat aktivitas masyarakat setempat, dimana lahan yang dulunya ditanami pohon-pohon besar, namun sekarang lahannya dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran.
"Dampak penanaman sayur-sayuran dengan menggunakan pupuk anorganik, sehingga struktur tanah pun ikut juga mengalami kerusakan. Secara perlahan-lahan tanah itu akan terkikis ke danau tersebut dan sisa pupuk itu membuat tanaman eceng gondok dan gulma menjadi subur yang menutupi Danau Batur," ujar alumni Fakultas Pertanian Unud ini.
Ia berharap kepada masyarakat setempat agar ikut menjaga lingkungan hidup, sehingga keberadaan Danau Batur tetap lestari. Jika beraktivitas menanam sayuran agar menggunakan pupuk organik dalam upaya mengurangi kerusakan kuntur tanah.
"Kami berharap warga di sana bila menanam sayur menggunakan pupuk alami atau organik, sehingga kerusakan tanah bisa dijaga dan tidak tergerus saat musim hujan ke danau," katanya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia menduga Pendangkalan Danau Batur itu akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
"Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Kami harapkan Pemerintah Provinsi Bali untuk melakukan koordinasi dengan Pemkab Bangli untuk menindaklanjuti permasalahan Danau Batur seperti sekarang," katanya seusai menghadiri sidang paripurna DPRD Bali, di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan akibat dari pendangkalan danau yang berada di kaki Gunung Batur tersebut, warga masyarakat sekitar, antara lain rumah warga di Desa Terunyan sebagian terendam air.
"Memang kalau sudah mengalami pendangkalan, tentu air Danau Batur akan menggenangi desa-desa yang ada di pingkiran danau. Karena itu kami berharap secepatnya pemerintah mengambil tindakan," ucap politikus asal Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu.
Kariyasa Adnyana mengatakan pendangkalan tersebut akibat aktivitas masyarakat setempat, dimana lahan yang dulunya ditanami pohon-pohon besar, namun sekarang lahannya dimanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran.
"Dampak penanaman sayur-sayuran dengan menggunakan pupuk anorganik, sehingga struktur tanah pun ikut juga mengalami kerusakan. Secara perlahan-lahan tanah itu akan terkikis ke danau tersebut dan sisa pupuk itu membuat tanaman eceng gondok dan gulma menjadi subur yang menutupi Danau Batur," ujar alumni Fakultas Pertanian Unud ini.
Ia berharap kepada masyarakat setempat agar ikut menjaga lingkungan hidup, sehingga keberadaan Danau Batur tetap lestari. Jika beraktivitas menanam sayuran agar menggunakan pupuk organik dalam upaya mengurangi kerusakan kuntur tanah.
"Kami berharap warga di sana bila menanam sayur menggunakan pupuk alami atau organik, sehingga kerusakan tanah bisa dijaga dan tidak tergerus saat musim hujan ke danau," katanya.
Sebelumnya, Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. Wayan Windia menduga Pendangkalan Danau Batur itu akibat Gunung Batur tidak lagi hijau dan lestari, sehingga tanah ketika terjadi hujan hanyut ke danau dan lama kelamaan menyebabkan terjadinya pendangkalan.
Selain itu masyarakat di sekitar Danau Batur mengembangkan kegiatan pertanian berupa sayur mayur, tomat dan jenis tanaman hortikultura lainnya, sehingga akar tanaman tersebut tidak kuat menahan tanah, sehingga ketika terjadi hujan tanah juga hanyut ke danau.
"Oleh sebab itu Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkab Bangli diharapkan dapat segera menangani masalah pendangkalan Danau Batur itu dengan baik," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014