Ekonom: Harga BBM Ideal Rp9.000/Liter

Kamis, 24 Juli 2014 7:24 WIB

Jakarta (Antara Bali) - Harga bahan bakar minyak bersubsidi dianggap ideal pada level Rp9.000 per liter, di mana anggaran subsidinya bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, kata Ekonom Bank Standard Chartered Fauzi Ichsan.

"Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla harus menaikkan harga BBM bersubsidi, terlebih program infrastruktur mereka sangat ambisius. Total kenaikannya ideal pada 30 persen hingga 40 persen dari harga sekarang," ujar Fauzi Ichsan di Jakarta, Rabu.

Fauzi mengatakan, saat ini Indonesia memproduksi sekitar 800 ribu barel minyak mentah per hari dengan kebutuhan konsumsi mencapai 1,5 juta barel per hari, sehingga pemerintah perlu mengimpor BBM sebesar 700 ribu barel per hari.

Pemerintah harus membayar harga minyak internasional untuk mengimpor 700 ribu barel per hari dengan harga sekitar Rp11.500 per liter dan di jual sebesar Rp6.500 per liter kepada masyarakat Indonesia.

Jadi, lanjutnya, terdapat selisih antara harga internasional dan harga domestik sebesar 45 persen, yang selama ini disubsidi pemerintah dari penerbitan surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN).

"Tentunya, dengan selisih 45 persen ini susah bagi pemerintah manapun untuk menutupnya di saat bersamaan. Jadi, mungkin idealnya adalah total kenaikan 30 persen hingga 40 persen atau subsidi yang ditanggung pemerintah ditetapkan Rp2.500 per liter. Jadi harga idealnya Rp9.000 per liter," kata Fauzi.

Dalam menaikkan harga BBM, kata Fauzi, ada baiknya dilakukan melalui dua tahap, yakni kenaikan 20 persen pertama pada akhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan 20 persen berikutnya dilakukan oleh Pemerintahan Jokowi.

"Terdapat wacana demikian, agar tidak terlalu berat saat menaikkan harganya pada pemerintahan Jokowi. Indonesia perlu belajar dari negara lain, sepeti India dan Vietnam yang memangkas subsidi BBMnya," kata Fauzi.

Sementara itu, Ekonom Bank Standard Chartered Eric Sugandi menambahkan bahwa dampak yang akan terjadi terhadap kenaikan 40 persen harga BBM tersebut hanya akan terjadi selama tiga bulan kemudian akan hilang.

"Jadi masyarakat kelihatannya juga ekspektasinya lebih baik. Kalaupun inflasi naik menjadi delapan persen, hal itu akan normal kembali. Jadi itu hanya efek awalnya dan efek selanjutnya akan lebih rendah," ujar Eric. (WDY)

Pewarta: Oleh Sella P Gareta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014

Terkait

Pertamina Bali Siapkan Cadangan BBM 10 Persen

Kamis, 21 Desember 2017 7:12

Selama Lebaran, Konsumsi Pertalite Naik

Sabtu, 8 Juli 2017 9:04

Kadin Dukung Program BBM Satu Harga

Minggu, 20 November 2016 15:32

Bali Siap Terapkan Satu Harga BBM

Minggu, 13 November 2016 14:31

Pembatasan Pembelian BBM Mulai Juli

Jumat, 10 Mei 2013 13:49
Terpopuler