Jakarta (Antara Bali) - Indonesia Climate Change Center (ICCC) menyebut kesalahan pemanfaatan energi sebagai faktor yang membuat pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia tiga kali lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi.
Koordinator Strategi Pembangunan Rendah Emisi ICCC Artissa Panjaitan mengatakan ada kesalahan penggunaan energi yang membuat tidak efisien, selain juga masalah distribusi energi yang memang bermasalah.
Pemanfaatan bahan bakar fosil untuk listrik, menurut dia, juga menjadi salah satu penyebab membengkaknya penggunaan BBM di Indonesia, sedangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih kurang dari 10 persen dari total konsumsi BBM.
Meski sumber bahan bakar terbarukan sangat banyak di Indonesia, namun ia memperkirakan pemanfaatannya baru mencapai enam persen pada 2014.
Selain itu, menurut dia, pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sangat kurang meski Indonesia memiliki peluang menjadi eksportir BBN terbesar di dunia, dan dapat bersaing dengan negara ekuator lainnya penghasil bahan bakar nabati seperti Brasil.
Pengembangan BBN di Indonesia sangat sedikit disinggung. "Hutan banyak yang dibuka tetapi hanya 1,5 persen yang digunakan untuk mengembangkan etanol," ujar dia.
Jika pemerintah lebih memilih menggenjot penggunaan batu bara untuk listrik, menurut dia, hanya akan menaikkan emisi. Oleh karena itu, seharusnya alternatif energi dapat dikembangkan dengan tenaga air. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Koordinator Strategi Pembangunan Rendah Emisi ICCC Artissa Panjaitan mengatakan ada kesalahan penggunaan energi yang membuat tidak efisien, selain juga masalah distribusi energi yang memang bermasalah.
Pemanfaatan bahan bakar fosil untuk listrik, menurut dia, juga menjadi salah satu penyebab membengkaknya penggunaan BBM di Indonesia, sedangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih kurang dari 10 persen dari total konsumsi BBM.
Meski sumber bahan bakar terbarukan sangat banyak di Indonesia, namun ia memperkirakan pemanfaatannya baru mencapai enam persen pada 2014.
Selain itu, menurut dia, pengembangan bahan bakar nabati (BBN) sangat kurang meski Indonesia memiliki peluang menjadi eksportir BBN terbesar di dunia, dan dapat bersaing dengan negara ekuator lainnya penghasil bahan bakar nabati seperti Brasil.
Pengembangan BBN di Indonesia sangat sedikit disinggung. "Hutan banyak yang dibuka tetapi hanya 1,5 persen yang digunakan untuk mengembangkan etanol," ujar dia.
Jika pemerintah lebih memilih menggenjot penggunaan batu bara untuk listrik, menurut dia, hanya akan menaikkan emisi. Oleh karena itu, seharusnya alternatif energi dapat dikembangkan dengan tenaga air. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014