Denpasar (Antara Bali) - Kain "Endek" khas Bali sebagai warisan para leluhur kini diburu konsumen baik masyarakat lokal, wisatawan domestik dan mancanegara, karena kain yang dibuat manual melalui alat tenunan bukan mesin tersebut memiliki kwalitas dan keunikan.

"Dulunya kain endek ini memang kurang peminat karena tidak tahan kalau dicuci biasanya luntur dan kainnya kusut, tetapi setelah dilakukan inovasi kain endek justru jadi salah satu jenis kain primadona," ujar Erni, pedagang endek di Pasar Sanglah Denpasar, Bali, Jumat.

Ia menjelaskan setelah kain ini diolah menjadi kain bermutu sebagai bagian dari upaya pelestarian kearifan lokal masyarakat Bali, ternyata peminatnya sangat banyak hingga diproduksi besar-besaran untuk dipasarkan ke mancanegara.

Pemerintah kota dan kabupaten di Bali, kata dia, akhirnya memutuskan kain endek menjadi baju seragam resmi kantor khususnya kalangan para Pegawai Negeri Sipil (PNS), bahkan termasuk perusahaan swasta masyarakat adat meminati kain ini.

"Besarnya peminat kain tersebut dikarenakan kualitas dari kain tersebut lebih kuat dan nyaman saat pakai, sehingga selain PNS banyak perusahaan swasta memilih kain endek sebagai bahan pakaian seragam kantornya, hanya saja setiap kantor memilih warna yang berbeda beda.

Ia mengatakan banyaknya permintaan kain "endek" sebagai bahan dasar membuat pakaian untuk seragam para PNS dan swasta di Bali, dikarenakan bahan kain tersebut dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin.

Erni mengungkapkan kain tersebut dibuat secara manual dari para tangan terampil masyarakat Kabupaten Klungkung, Bali yang sudah banyak diminati diberbagai kalangan baik itu wisatawan domestik dan internasional.

Harga kain "endek" dibandrol Rp250 ribu hingga Rp500 ribu per meter dengan aneka jenis dan motif yang berbeda seperti kain "endek" siana, sutra, rang-rang, dan songket. (SRW/ADT)

Pewarta: Oleh I Made Surya

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014