Jakarta (Antara) - The Union's Tobacco Control Department yang merupakan bagian dari proyek Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang menangani masalah tembakau menargetkan pemimpin masa depan Indonesia paham akan bahaya rokok.
"Tidak ada yang gagal dari upaya kami mengendalikan tembakau di Indonesia. Peningkatan kapasitas manusia berhasil, dan kami berharap calon-calon pemimpin Indonesia nantinya paham bahaya rokok," kata Director of The Union's Tobacco Control Department Ehsan Latif dalam Workshop Penguatan Perguruan Tinggi dalam Pengendalian Tembakau yang dihadiri beberapa universitas di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, The Union's Tobacco Control Department tidak kehilangan uang sepeser pun untuk peningkatan kapasitas manusia di Indonesia meski tidak ada regulasi pembatasan tembakau dari pemerintah hingga saat ini yang dikeluarkan.
Pemahaman masyarakat Indonesia tentang berbahayanya konsumsi tembakau dibanding enam tahun lalu sudah sangat meningkat. Hal ini yang menurut dia, menjadi harapan departemen yang bekerja di bawah WHO ini.
"Kami melihat berapa banyak sekarang yang bicara soal rokok berdampak buruk. Ini yang kami lihat juga sebagai perkembangan, karenanya kami tidak bilang peningkatan kapasitas manusia tidak berjalan di sini," tegasnya.
Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Adang Bachtiar, memberikan kesadaran akan bahaya konsumsi tembakau pada calon pembuat kebijakan adalah salah satu hal penting.
Ia berpendapat bantuan finansial mau pun pendampingan dari Badan Kesehatan Dunia hingga lembaga swadaya masyarakat asing pada intinya bagai benih yang merangsang LSM dan organisasi lokal untuk melakukan hal sama, menyuarakan pembatasan tembakau.
"Intinya semua harus paham dan berhenti merokok. Petugas kesehatan harus punya kemampuan memengaruhi pasien bahwa rokok itu buruk, harus mampu merubah kebiasaan para profesi kesehatan atau dokter merokok juga," ujar dia. (ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014