Kuta (Antaranews Bali) - Pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, menggencarkan edukasi dan sosialisasi bahaya rokok kepada para penumpang dan pegawai setempat untuk memaknai peringatan Hari Tanpa Tembakau Internasional (HTTI).
"Kami mengharapkan pengguna jasa bandara ikut aktif berperan menjaga lingkungan bandara yang bersih dan bebas dari asap rokok," kata Co General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Sigit Herdiyanto dalam sosialisasi simpatik kawasan tanpa rokok (KTR) di bandara setempat di kawasan Tuban, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Senin.
Menurut dia, kampanye simpatik KTR digelar di area terminal yang menyasar para penumpang dan pengguna jasa bandara serta perkantoran bagi para karyawan.
Dalam kampanye itu, salah satu bandara tersibuk di Tanah Air itu menggandeng Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Sosialisasi dan edukasi dilakukan di terminal domestik dan internasional dengan menyebarkan brosur kasadaran tanpa rokok, penyuluhan bahaya rokok, pembagian pin serta pemeriksaan kesehatan gratis.
Pemeriksaan kesehatan gratis itu dilakukan dengan mengukur kapasitas patu atau "spirometry" dan kadar gas karbon monoksida di dalam tubuh.
Meski demikian, pihak bandara memiliki tempat khusus untuk merokok yakni empat di terminal domestik dan dua lainnya ada di terminal internasional.
Hal itu untuk menjaga pengguna jasa yang tidak merokok agar tidak terganggu akibat asap rokok.
"Menjaga dan melaksanakan komitmen itu tidak mudah, terlebih di samping Perda KTR ada pelayanan kepada penumpang yang juga harus kami jaga. Tetapi kami coba terus menjalankannya beriringan," katanya.
Pihaknya mengharapkan dengan adanya sosialisasi dan edukasi itu semakin menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait bahaya rokok yang tidak hanya mempengaruhi perokok aktif tetapi juga pasif atau lingkungan sekitar.
Sementara itu Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Gusti Komang Sridana mengatakan hampir 80 persen penyakit tidak menular disebabkan perilaku tidak sehat.(ed)