Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengupayakan secara maksimal penanggulangan rabies dengan melakukan promosi kesehatan secara berkala dan berkesinambungan di Kabupaten/Kota di daerah ini.
"Hal ini dilakukan untuk menekan kasus gigitan anjing yang terjadi di Pulau Dewata," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) dr Gede Wira Sunetra di Denpasar, Minggu.
Upaya lain untuk mencegah kasus rabies, lanjut dia, dengan terus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala di seluruh Kabupaten/Kota di Bali melalui penatalaksaan sesuai program tetap yang berlaku.
"Adanya rabies center juga membantu upaya promosi kesehatan sebagai monitoring apabila terjadi kasus gigitan anjing dan pencegahan secara dini," ujarnya.
Ia mengatakan dengan melakukan promosi kesehatan dapat meningkatkan kerja sama kepada masyarakat dan "stakeholder" agar secara berkesinambungan melakukan upaya pencegahan rabies tersebut.
Gede Wira menuturkan bahwa dengan promosi kesehatan secara berjenjang dan dilaksanakan secara teratur dapat menekan kasus gigitan anjing sehingga penyakit rabies tidak terjadi kembali di Bali.
Selain melakukan promosi kesehatan, lanjut dia, pihaknya mengklaim untuk persediaan Vaksin Anti-Rabies (VAR) tetap ada di Rumah Sakit pemerintah kabupaten/kota sehingga tidak akan mengalami kekurangan stok vaksin tersebut.
Ia mengatakan per minggu jumlah VAR yang dikirim ke RSUP Sanglah mencapai 500 vial dan data terakhir ketersediaan jumlah SAR sebanyak 70 vial.
Jumlah VAR tersebut tersedia di RSUD Badung, Bali, sebanyak 21.000 vial dikirim per bulan dan untuk Serum Anti-Rabies (SAR) masih terbatas di rumah sakit tersebut.
Untuk vaksin dan serum rabies keseluruhan ditanggung oleh pemerintah. Namun, di rumah sakit swasta sendiri yang memang menyediakan vaksin tersebut pembiayaannya di tanggung pribadi.
"Dengan upaya promkes dan ketersediaan vaksin tersebut kasus rabies di Bali diharapkan menurun," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Hal ini dilakukan untuk menekan kasus gigitan anjing yang terjadi di Pulau Dewata," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan (P2PL) dr Gede Wira Sunetra di Denpasar, Minggu.
Upaya lain untuk mencegah kasus rabies, lanjut dia, dengan terus melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala di seluruh Kabupaten/Kota di Bali melalui penatalaksaan sesuai program tetap yang berlaku.
"Adanya rabies center juga membantu upaya promosi kesehatan sebagai monitoring apabila terjadi kasus gigitan anjing dan pencegahan secara dini," ujarnya.
Ia mengatakan dengan melakukan promosi kesehatan dapat meningkatkan kerja sama kepada masyarakat dan "stakeholder" agar secara berkesinambungan melakukan upaya pencegahan rabies tersebut.
Gede Wira menuturkan bahwa dengan promosi kesehatan secara berjenjang dan dilaksanakan secara teratur dapat menekan kasus gigitan anjing sehingga penyakit rabies tidak terjadi kembali di Bali.
Selain melakukan promosi kesehatan, lanjut dia, pihaknya mengklaim untuk persediaan Vaksin Anti-Rabies (VAR) tetap ada di Rumah Sakit pemerintah kabupaten/kota sehingga tidak akan mengalami kekurangan stok vaksin tersebut.
Ia mengatakan per minggu jumlah VAR yang dikirim ke RSUP Sanglah mencapai 500 vial dan data terakhir ketersediaan jumlah SAR sebanyak 70 vial.
Jumlah VAR tersebut tersedia di RSUD Badung, Bali, sebanyak 21.000 vial dikirim per bulan dan untuk Serum Anti-Rabies (SAR) masih terbatas di rumah sakit tersebut.
Untuk vaksin dan serum rabies keseluruhan ditanggung oleh pemerintah. Namun, di rumah sakit swasta sendiri yang memang menyediakan vaksin tersebut pembiayaannya di tanggung pribadi.
"Dengan upaya promkes dan ketersediaan vaksin tersebut kasus rabies di Bali diharapkan menurun," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014