Jakarta (Antara Bali - Citra satelit baru menunjukkan bahwa badai debu di kawasan
Tiongkok Utara yang kadang menyebabkan Beijing diselimuti kabut kuning
terlihat dari antariksa.
Perangkat pencitraan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit Aqua dan Terra milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap gambar badai debu Tiongkok pada 23 April lalu.
Menurut laman resmi Observatorium Bumi NASA, badai debu itu tampak bergerak ke wilayah Asia timur. Di daratan, badai debu tersebut menurunkan pengelihatan menjadi kurang dari 50 meter dan menutup barat laut Tiongkok dengan kabut kuning.
Pengaruh angin dan badai debu tampaknya akan meluas karena debu padat terlihat di bawah awan-awan dalam gambar tersebut.
Badai besar juga diprakirakan meluas ke Gurun Taklimakan Desert pada 23,24 dan 25 April.
Laporan South China Morning Post menyebutkan badai debu itu berdampak pada Kota Dunhuang di utara China, membuat langit berwarna kuning-oranye dan memaksa warga mengenakan masker.
Badai debu umum terjadi di bagian utara Tiongkok dan Mongolia dan mereka menyebutnya Debu Asia.
Sekitar 60 persen badai debu tahunan terjadi antara Maret hingga Mei menurut Taiwan Air Quality Monitoring Network.
Tahun ini, tanah kering dan bebas salju sehingga angin kencang memungkinkan angin permukaan yang kuat meniup awan-awan debu dan membawanya hingga bermil-mil.
Badai itu memperburuk polusi udara yang meningkat bersama pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Bulan ini pemerintah China mengeluarkan undang-undang baru untuk mengatasi masalah tersebut.
Undang-undang itu memperberat denda terhadap para penyebab polusi dan menyediakan lebih banyak jalan untuk tuntutan hukum lingkungan.
Beijing juga memerangi polusi dengan pemberlakuan aturan baru agar bangunan di kota memiliki kamera untuk memonitor debu dan melarang penggunaan kendaraan bak terbuka membawa pasir atau material berdebu lainnya, demikian seperti dilansir laman Live Science.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Perangkat pencitraan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit Aqua dan Terra milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menangkap gambar badai debu Tiongkok pada 23 April lalu.
Menurut laman resmi Observatorium Bumi NASA, badai debu itu tampak bergerak ke wilayah Asia timur. Di daratan, badai debu tersebut menurunkan pengelihatan menjadi kurang dari 50 meter dan menutup barat laut Tiongkok dengan kabut kuning.
Pengaruh angin dan badai debu tampaknya akan meluas karena debu padat terlihat di bawah awan-awan dalam gambar tersebut.
Badai besar juga diprakirakan meluas ke Gurun Taklimakan Desert pada 23,24 dan 25 April.
Laporan South China Morning Post menyebutkan badai debu itu berdampak pada Kota Dunhuang di utara China, membuat langit berwarna kuning-oranye dan memaksa warga mengenakan masker.
Badai debu umum terjadi di bagian utara Tiongkok dan Mongolia dan mereka menyebutnya Debu Asia.
Sekitar 60 persen badai debu tahunan terjadi antara Maret hingga Mei menurut Taiwan Air Quality Monitoring Network.
Tahun ini, tanah kering dan bebas salju sehingga angin kencang memungkinkan angin permukaan yang kuat meniup awan-awan debu dan membawanya hingga bermil-mil.
Badai itu memperburuk polusi udara yang meningkat bersama pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Bulan ini pemerintah China mengeluarkan undang-undang baru untuk mengatasi masalah tersebut.
Undang-undang itu memperberat denda terhadap para penyebab polusi dan menyediakan lebih banyak jalan untuk tuntutan hukum lingkungan.
Beijing juga memerangi polusi dengan pemberlakuan aturan baru agar bangunan di kota memiliki kamera untuk memonitor debu dan melarang penggunaan kendaraan bak terbuka membawa pasir atau material berdebu lainnya, demikian seperti dilansir laman Live Science.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014