Bangli (Antara Bali) - Calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari Bali, Anak Agung Ngurah Putu Wirawan membantu seperangkat alat musik tradisional "Bumbang" kepada masyarakat Desa Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli.
"Pemberian alat ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Penglipuran melestarikan musik tradisional," katanya di Bangli, Senin.
Ia menganggap alat musik tradisional itu perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai khazanah seni dan budaya nasional, khususnya di Pulau Dewata.
"Kita ketahui Desa Wisata Penglipuran memiliki beragam spesies atau hutan bambu sehingga dengan alat musik ini akan mendukung wujud nyata fungsi dari tanaman bambu ke dalam sebuah alat musik," kata politikus asal Banjar Kaliungu, Kota Denpasar.
Ngurah Wirawan menjelaskan bahwa alat musik bambu ini sebenarnya sudah dikembangkan oleh salah seorang seniman Banjar Sesetan Tengah, Kota Denpasar.
Namun bantuan tersebut diharapkan kesenian ini tidak hanya ada di Desa Sesetan, tetapi menyebar di Pulau Dewata, salah satunya di Desa Penglipuran.
"Saya juga berharap sekaa (kelompok musik) Bumbang di Penglipuran ini tetap menjalin koordinasi dengan seniman asal Sesetan sebagai hak cipta seni tersebut. Saya siap membantu dalam pelatihan alat musik ini terhadap grup kesenian di Penglipuran," kata mantan Ketua Umum DPP Perhimpunan Pemuda Hindu-Indonesia (Peradah) dua periode itu.
Pada prinsipnya, kata dia, seniman yang menciptakan alat musik Bumbang ini tidak keberatan untuk disebarkan kepada grup kesenian yang tertarik memiliki kesenian Bumbang. Asalkan "pakem" atau aturan iramanya sesuai dengan yang diharapkan dari pemilik hak cipta tersebut.
"Silakan kembangan kesenian Bumbang ini untuk dipertontonkan kepada wisatawan, termasuk juga digunakan saat ada kegiatan adat," katanya.
Kepala Desa Adat Penglipuran, I Wayan Supat mengucapkan terima kasih atas donasi berupa seperangkat alat musik Bumbang.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Anak Agung Wirawan yang peduli dengan desa kami, sehingga dengan suka rela memberi kami seperangkat alat musik Bumbang. Kami juga minta untuk mencarikan pelatih musik ini," katanya.
Pada kesempatan tersebut Ngurah Wirawan berjanji akan mencarikan pelatih alat musik tersebut agar grup musik tradisional ini berkembang ke depannya.
"Saya siap membantu untuk mencarikan pelatih alat musik tradisonal tersebut," kata Ngurah Wirawan.
Musik Bumbang diciptakan pada tahun 1985 oleh seorang seniman, almarhum Nyoman Rembang asal Banjar Sesetan Tengah, Denpasar.
Menurut penciptanya, seni musik ini karena terinspirasi dari keindahan aneka warna ikan hias di akuarium. Bentuknya musik ini berupa potongan-potongan bambu menyerupai kentongan yang diatur nada-nadanya dari ukuran kecil sampai besar. Tangga nada yang dipakai adalah pelog dan slendro.
Bumbang tersebut ingin meniru suara gelembung-gelembung air, ketika gerak-gerik ikan yang terkadang cepat dan gesit kemudian lemah gemulai.
Sehingga terciptalah bentuk Bumbang yang masih mengambil kaidah-kaidah dan dasar-dasar karawitan Bali dalam penggarapannya. Musik Bumbang terdiri dari lagu-lagu instrumental dan juga untuk iringan tari. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Pemberian alat ini bertujuan untuk membantu masyarakat Desa Penglipuran melestarikan musik tradisional," katanya di Bangli, Senin.
Ia menganggap alat musik tradisional itu perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai khazanah seni dan budaya nasional, khususnya di Pulau Dewata.
"Kita ketahui Desa Wisata Penglipuran memiliki beragam spesies atau hutan bambu sehingga dengan alat musik ini akan mendukung wujud nyata fungsi dari tanaman bambu ke dalam sebuah alat musik," kata politikus asal Banjar Kaliungu, Kota Denpasar.
Ngurah Wirawan menjelaskan bahwa alat musik bambu ini sebenarnya sudah dikembangkan oleh salah seorang seniman Banjar Sesetan Tengah, Kota Denpasar.
Namun bantuan tersebut diharapkan kesenian ini tidak hanya ada di Desa Sesetan, tetapi menyebar di Pulau Dewata, salah satunya di Desa Penglipuran.
"Saya juga berharap sekaa (kelompok musik) Bumbang di Penglipuran ini tetap menjalin koordinasi dengan seniman asal Sesetan sebagai hak cipta seni tersebut. Saya siap membantu dalam pelatihan alat musik ini terhadap grup kesenian di Penglipuran," kata mantan Ketua Umum DPP Perhimpunan Pemuda Hindu-Indonesia (Peradah) dua periode itu.
Pada prinsipnya, kata dia, seniman yang menciptakan alat musik Bumbang ini tidak keberatan untuk disebarkan kepada grup kesenian yang tertarik memiliki kesenian Bumbang. Asalkan "pakem" atau aturan iramanya sesuai dengan yang diharapkan dari pemilik hak cipta tersebut.
"Silakan kembangan kesenian Bumbang ini untuk dipertontonkan kepada wisatawan, termasuk juga digunakan saat ada kegiatan adat," katanya.
Kepala Desa Adat Penglipuran, I Wayan Supat mengucapkan terima kasih atas donasi berupa seperangkat alat musik Bumbang.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Anak Agung Wirawan yang peduli dengan desa kami, sehingga dengan suka rela memberi kami seperangkat alat musik Bumbang. Kami juga minta untuk mencarikan pelatih musik ini," katanya.
Pada kesempatan tersebut Ngurah Wirawan berjanji akan mencarikan pelatih alat musik tersebut agar grup musik tradisional ini berkembang ke depannya.
"Saya siap membantu untuk mencarikan pelatih alat musik tradisonal tersebut," kata Ngurah Wirawan.
Musik Bumbang diciptakan pada tahun 1985 oleh seorang seniman, almarhum Nyoman Rembang asal Banjar Sesetan Tengah, Denpasar.
Menurut penciptanya, seni musik ini karena terinspirasi dari keindahan aneka warna ikan hias di akuarium. Bentuknya musik ini berupa potongan-potongan bambu menyerupai kentongan yang diatur nada-nadanya dari ukuran kecil sampai besar. Tangga nada yang dipakai adalah pelog dan slendro.
Bumbang tersebut ingin meniru suara gelembung-gelembung air, ketika gerak-gerik ikan yang terkadang cepat dan gesit kemudian lemah gemulai.
Sehingga terciptalah bentuk Bumbang yang masih mengambil kaidah-kaidah dan dasar-dasar karawitan Bali dalam penggarapannya. Musik Bumbang terdiri dari lagu-lagu instrumental dan juga untuk iringan tari. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014