Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengusulkan pemberian insentif kepada para petani di Pulau Dewata untuk menggairahkan masyarakat kembali menekuni pekerjaan bercocok tanam.
"Sekarang semua orang mengeluh pertanian kita mundur, lahan beralih fungsi dan petani tidak mau lagi bertani. Hal itu karena hasilnya juga sedikit sedangkan sekarang semua ingin hidup," katanya saat memberikan pengarahan pada Forum Konsultasi Publik Rencana Kerja Pembangunan Daerah Bali, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, insentif bagi petani itu dapat berupa pajak yang dibayarkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk mengurangi pajak bagi petani tidak mungkin juga karena akan bertentangan dengan undang-undang. "Kalau orang sudah mau bertani, nanti kami berikan insentif," ucapnya.
Mantan Kapolda Bali itu tidak memungkiri sangat sulit untuk membuat masyarakatnya kembali menekuni pertanian. Apalagi mengajak generasi muda untuk menjadi petani.
Selain pendapatan petani kecil, tambah dia, mereka juga dihadapkan pada dilema tingginya pajak bumi dan bangunan (PBB) yang harus dibayarkan karena tidak sedikit lokasi lahan pertanian yang bersebelahan dengan hotel.
"Alih fungsi lahan pertanian itu terjadi karena masyarakat tidak mau lagi menjadi petani di tengah berbagai masalah yang dihadapi," katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, alih fungsi lahan pertanian dari 2011 hingga 2012 saja mencapai 119 hektare. Pada 2011 total luas lahan sawah di Bali sebesar 81.744 hektare, namun pada tahun berikutnya menyusut menjadi 81.625 hektare.
Pada kesempatan forum konsultasi tersebut, Pastika juga mengingatkan Provinsi Bali pada tahun-tahun mendatang dihadapkan pada beberapa persoalan yakni peningkatan dan perluasan program Bali Mandara yang mencakup target capaian, kualitas dan ruang lingkup.
Ada juga tantangan peningkatan kesejahteraan rakyat yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan pembangunan beserta hasilnya. Aktivitas ekonomi harus berbasis potensi dan kearifan lokal yang didukung dengan infrastruktur dan sarana penunjang lainnya.
"Demikian juga peningkatan daya saing daerah meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya dana," kata Pastika. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Sekarang semua orang mengeluh pertanian kita mundur, lahan beralih fungsi dan petani tidak mau lagi bertani. Hal itu karena hasilnya juga sedikit sedangkan sekarang semua ingin hidup," katanya saat memberikan pengarahan pada Forum Konsultasi Publik Rencana Kerja Pembangunan Daerah Bali, di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, insentif bagi petani itu dapat berupa pajak yang dibayarkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk mengurangi pajak bagi petani tidak mungkin juga karena akan bertentangan dengan undang-undang. "Kalau orang sudah mau bertani, nanti kami berikan insentif," ucapnya.
Mantan Kapolda Bali itu tidak memungkiri sangat sulit untuk membuat masyarakatnya kembali menekuni pertanian. Apalagi mengajak generasi muda untuk menjadi petani.
Selain pendapatan petani kecil, tambah dia, mereka juga dihadapkan pada dilema tingginya pajak bumi dan bangunan (PBB) yang harus dibayarkan karena tidak sedikit lokasi lahan pertanian yang bersebelahan dengan hotel.
"Alih fungsi lahan pertanian itu terjadi karena masyarakat tidak mau lagi menjadi petani di tengah berbagai masalah yang dihadapi," katanya.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali, alih fungsi lahan pertanian dari 2011 hingga 2012 saja mencapai 119 hektare. Pada 2011 total luas lahan sawah di Bali sebesar 81.744 hektare, namun pada tahun berikutnya menyusut menjadi 81.625 hektare.
Pada kesempatan forum konsultasi tersebut, Pastika juga mengingatkan Provinsi Bali pada tahun-tahun mendatang dihadapkan pada beberapa persoalan yakni peningkatan dan perluasan program Bali Mandara yang mencakup target capaian, kualitas dan ruang lingkup.
Ada juga tantangan peningkatan kesejahteraan rakyat yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan pemerataan pembangunan beserta hasilnya. Aktivitas ekonomi harus berbasis potensi dan kearifan lokal yang didukung dengan infrastruktur dan sarana penunjang lainnya.
"Demikian juga peningkatan daya saing daerah meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya dana," kata Pastika. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014