Hadir di Kota Denpasar untuk mengikuti “Debat Bernegara†dalam rangka Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman mengusung tagline “Pemimpin Baru, Indonesia Majuâ€.
Dia adalah salah satu ketua lembaga negara yang mendapat kehormatan diundang mengikuti konvensi mencari calon presiden dari partai pemenang Pemilu 2009 tersebut.
Ketika dilantik sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2009, Irman Gusman adalah Ketua Lembaga Tinggi Negara yang paling muda, yakni pada usia 47 tahun 8 bulan. Dia juga tercatat sebagai tokoh termuda penerima anugrah Bintang Mahaputra Adipradana –penghargaan sipil tertinggi di Indonesia— atas jasa-jasa dan pengabdiannya yang luar biasa kepada Negara Republik Indonesia.
Terlahir dari keluarga pengusaha dan aktivis Muhammadiyah yang taat, Irman Gusman sudah terbiasa hidup dalam lingkungan pluralis sejak usia remaja. Menjalani pendidikan menengah atas di SMA Don Bosco dan SMA Negeri 2 Padang (1979), ia melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Kristen Indonesia (FE UKI).
Semasa kuliah ia aktif dalam organisasi kemahasiswa kampus sebagai Ketua Senat Mahasiswa FE UKI sekaligus sebagai aktivis HMI Cabang Jakarta.
Melanjutkan studi ke School of Business University of Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat, setelah tamat dan menggondol gelar Master of Business Administration (1988), Irman langsung terjun ke dunia bisnis dengan membenahi perusahaan industri perkayuan milik keluarganya yang nyaris mati suri hingga kembali bangkit menjadi industri perkayuan terpadu (integrated woodworking) terbesar di Sumatera Barat.
Bekerjasama dengan Johor Corporation, Malaysia, ia juga membangun Kawasan Industri Padang (PIP – Padang Industrial Park) di Sumatera Barat.
Praktik sentralisasi ekonomi masa Orde Baru –di mana berbagai perizinkan usaha dan ekspor terpusat di Jakarta— memaksanya pindah ke Jakarta sejak tahun 1990-an dan mengeluti berbagai bidang usaha termasuk perminyakan dan teknologi informasi.
Reformasi 1998 memanggil Irman Gusman untuk terjun ke dunia politik. Tahun 1999 ia meraih suara terbanyak di DPRD Sumatera Barat untuk menjadi anggota MPR Utusan Daerah. Inilah awal kiprah politiknya. Terpilih sebagai Wakil Ketua Forum Utusan Daerah, kemudian Wakil Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR, Irman Gusman terlibat aktif dalam proses reformasi ketatanegaraan melalui Amandemen UUD 1945, dan turut membidani lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai cabang baru Parlemen yang mengeban amanat memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam NKRI.
Dalam Pemilu 2004, Irman terpilih dengan suara terbanyak sebagai anggota DPD daerah pemilihan Sumatera Barat, kemudian terpilih pula sebagai Wakil Ketua DPD RI periode 2004-2009 mendampingi Prof. Dr. Ginandjar Kartasasmita.
Kembali terpilih dengan perolehan suara terbanyak sebagai Senator mewakili Sumatera Barat pada Pemilu 2009, ia terpilih menjadi Ketua DPD RI periode 2009-2014.
Di bawah kepemimpinannya DPD makin berkibar dan berhasil meningkatkan kiprahnya dalam sistem kenegaraan RI. Lebih-lebih setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengembalikan kewenangan konstitusional DPD di bidang legislasi, 27 Maret 2013, nama Irman Gusman semakin berkibar sebagai salah satu tokoh pemimpin nasional.
Sepekan setelah mendapat anugrah sebagai Warga Kehormatan Kopassus TNI AD –warga sipil pertama peraih penghargaan serupa— Irman Gusman bersama pimpinan DPD RI bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka konsultasi untuk implementasi Putusan MK. Tepatnya pada tanggal 10 April 2013.
Ketika itulah, Presiden SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, mengundangnya ikut konvensi calon presiden Partai Demokrat.
“Saya memutuskan ikut konvensi ini setelah berkonsultasi dan mendapat dukungan dari kawan-kawan saya anggota DPD dari 33 provinsi di Indonesia,†ujarnya di Denpasar, Senin (17/2) kemarin.
Irman melihat proses konvensi ini penting dalam rangka membangun budaya politik yang baik di negara kita. “Keputusan kami mengikuti konvensi ini juga sekaligus untuk ikut memberikan pendidikan politik kepada bangsa dan masyarakat kita, bahwa proses mencari pemimpin nasional yang kompeten bukan hanya berdasarkan popularitas, tetapi seyogianya berdasarkan visi, misi, dan gagasan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Konvensi ini sekaligus memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran saya untuk bangsa ini,†katanya.
Sebagai kandidat calon presiden, Irman Gusman sudah menyiapkan visi dan misi “Membangun Indonesia Maju, Mandiri, Adil dan Makmur†yang pada intinya adalah aktualisasi dari cita-cita kemerdekaan dan amanat konstitusi.
Pada intinya, visi-misi tersebut adalah untuk mewujudkan negara dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam hal budaya.
Konsepnya adalah memacu pertumbuhan ekonomi, mengatasi berbagai kesenjangan, menurunkan jumlah penduduk miskin dan mengurangi pengangguran, dengan menciptakan kedaulatan pangan serta mewujudkan kemandirian energi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan sekaligus mengrangi kesenjangan, dalam konsep Irman, maka sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar harus dipacu pertumbuhannya.
Tentang Bali, Irman menyebut daerah ini sebag salah satu penghasil devisa Negara yang cukup besar di sector pariwisata. Bali juga sudah lama menjadi kampung dunia internasional. Namun begitu, Bali tetap harus dijaga kesucian dan ketentraman penduduknya dalam berbagai aktivitas social dan budaya.
“Kemajuan pembangunan itu tidak bisa diukur dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita saja, juga soal ketenangan dan kenyamanan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya,†kata Irman. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Dia adalah salah satu ketua lembaga negara yang mendapat kehormatan diundang mengikuti konvensi mencari calon presiden dari partai pemenang Pemilu 2009 tersebut.
Ketika dilantik sebagai Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 2009, Irman Gusman adalah Ketua Lembaga Tinggi Negara yang paling muda, yakni pada usia 47 tahun 8 bulan. Dia juga tercatat sebagai tokoh termuda penerima anugrah Bintang Mahaputra Adipradana –penghargaan sipil tertinggi di Indonesia— atas jasa-jasa dan pengabdiannya yang luar biasa kepada Negara Republik Indonesia.
Terlahir dari keluarga pengusaha dan aktivis Muhammadiyah yang taat, Irman Gusman sudah terbiasa hidup dalam lingkungan pluralis sejak usia remaja. Menjalani pendidikan menengah atas di SMA Don Bosco dan SMA Negeri 2 Padang (1979), ia melanjutkan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Universitas Kristen Indonesia (FE UKI).
Semasa kuliah ia aktif dalam organisasi kemahasiswa kampus sebagai Ketua Senat Mahasiswa FE UKI sekaligus sebagai aktivis HMI Cabang Jakarta.
Melanjutkan studi ke School of Business University of Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat, setelah tamat dan menggondol gelar Master of Business Administration (1988), Irman langsung terjun ke dunia bisnis dengan membenahi perusahaan industri perkayuan milik keluarganya yang nyaris mati suri hingga kembali bangkit menjadi industri perkayuan terpadu (integrated woodworking) terbesar di Sumatera Barat.
Bekerjasama dengan Johor Corporation, Malaysia, ia juga membangun Kawasan Industri Padang (PIP – Padang Industrial Park) di Sumatera Barat.
Praktik sentralisasi ekonomi masa Orde Baru –di mana berbagai perizinkan usaha dan ekspor terpusat di Jakarta— memaksanya pindah ke Jakarta sejak tahun 1990-an dan mengeluti berbagai bidang usaha termasuk perminyakan dan teknologi informasi.
Reformasi 1998 memanggil Irman Gusman untuk terjun ke dunia politik. Tahun 1999 ia meraih suara terbanyak di DPRD Sumatera Barat untuk menjadi anggota MPR Utusan Daerah. Inilah awal kiprah politiknya. Terpilih sebagai Wakil Ketua Forum Utusan Daerah, kemudian Wakil Ketua Fraksi Utusan Daerah MPR, Irman Gusman terlibat aktif dalam proses reformasi ketatanegaraan melalui Amandemen UUD 1945, dan turut membidani lahirnya Dewan Perwakilan Daerah (DPD) sebagai cabang baru Parlemen yang mengeban amanat memperjuangkan aspirasi dan kepentingan daerah dalam NKRI.
Dalam Pemilu 2004, Irman terpilih dengan suara terbanyak sebagai anggota DPD daerah pemilihan Sumatera Barat, kemudian terpilih pula sebagai Wakil Ketua DPD RI periode 2004-2009 mendampingi Prof. Dr. Ginandjar Kartasasmita.
Kembali terpilih dengan perolehan suara terbanyak sebagai Senator mewakili Sumatera Barat pada Pemilu 2009, ia terpilih menjadi Ketua DPD RI periode 2009-2014.
Di bawah kepemimpinannya DPD makin berkibar dan berhasil meningkatkan kiprahnya dalam sistem kenegaraan RI. Lebih-lebih setelah Mahkamah Konstitusi (MK) mengembalikan kewenangan konstitusional DPD di bidang legislasi, 27 Maret 2013, nama Irman Gusman semakin berkibar sebagai salah satu tokoh pemimpin nasional.
Sepekan setelah mendapat anugrah sebagai Warga Kehormatan Kopassus TNI AD –warga sipil pertama peraih penghargaan serupa— Irman Gusman bersama pimpinan DPD RI bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rangka konsultasi untuk implementasi Putusan MK. Tepatnya pada tanggal 10 April 2013.
Ketika itulah, Presiden SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat, mengundangnya ikut konvensi calon presiden Partai Demokrat.
“Saya memutuskan ikut konvensi ini setelah berkonsultasi dan mendapat dukungan dari kawan-kawan saya anggota DPD dari 33 provinsi di Indonesia,†ujarnya di Denpasar, Senin (17/2) kemarin.
Irman melihat proses konvensi ini penting dalam rangka membangun budaya politik yang baik di negara kita. “Keputusan kami mengikuti konvensi ini juga sekaligus untuk ikut memberikan pendidikan politik kepada bangsa dan masyarakat kita, bahwa proses mencari pemimpin nasional yang kompeten bukan hanya berdasarkan popularitas, tetapi seyogianya berdasarkan visi, misi, dan gagasan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Konvensi ini sekaligus memberi kesempatan kepada saya untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran saya untuk bangsa ini,†katanya.
Sebagai kandidat calon presiden, Irman Gusman sudah menyiapkan visi dan misi “Membangun Indonesia Maju, Mandiri, Adil dan Makmur†yang pada intinya adalah aktualisasi dari cita-cita kemerdekaan dan amanat konstitusi.
Pada intinya, visi-misi tersebut adalah untuk mewujudkan negara dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam hal budaya.
Konsepnya adalah memacu pertumbuhan ekonomi, mengatasi berbagai kesenjangan, menurunkan jumlah penduduk miskin dan mengurangi pengangguran, dengan menciptakan kedaulatan pangan serta mewujudkan kemandirian energi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan sekaligus mengrangi kesenjangan, dalam konsep Irman, maka sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar harus dipacu pertumbuhannya.
Tentang Bali, Irman menyebut daerah ini sebag salah satu penghasil devisa Negara yang cukup besar di sector pariwisata. Bali juga sudah lama menjadi kampung dunia internasional. Namun begitu, Bali tetap harus dijaga kesucian dan ketentraman penduduknya dalam berbagai aktivitas social dan budaya.
“Kemajuan pembangunan itu tidak bisa diukur dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita saja, juga soal ketenangan dan kenyamanan masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya,†kata Irman. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014