Denpasar (Antara Bali) - Relawan Demokrasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Denpasar menyatakan kelompok marginal yang terdiri dari homoseksual, waria dan pemulung dinilai masih enggan berpartisipasi dalam Pemilu karena belum percaya dengan calon yang ada.
"Hampir 90 persen masyarakat kelompok marjinal yang saya temui dalam melakukan sosialisasi pemilu menyatakan hal tersebut, mereka antusias, namun tidak percaya terhadap calonnya," kata koordinator relawan demokrasi KPU Denpasar Luh Kristina Komala Sari di Denpasar, Selasa.
Namun ia tidak bisa menyebutkan data terkait jumlah kelompok marginal itu karena keberadaan mereka yang cenderung tertutup.
"Saya sempat diskusi terkait sosialisasi pemilu dengan kelompok homoseksual Gaya Dewata di Denpasar, mereka mengemukakan keinginan agar disediakan tempat pemungutan suara (TPS) khusus bagi kelompok mereka," ujarnya.
Untuk TPS Khusus, lanjut Kristina, hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena KPU menyiapkan TPS berdasarkan luas wilayah dibagi dengan jumlah penduduk.
"Untuk sebuah TPS di setiap dusun paling tidak ada 500 orang pemilih yang terdaftar di tempat tersebut," ujarnya.
Sementara itu Gaya Dewata Denpasar, Kristian, mengatakan sampai saat ini jumlah anggotaan yang terrgabung dalam kelompok tersebut sekitar 5.000 orang di Bali.
"Jumlah itu yang berhasil kami jangkau. Data itu dari Juli 2010 hingga Desember 2013," ujarnya.
Dia mengaku angka pasti anggota dalam kelompok itu belum terdata mengingat mereka tersebar luas dan masih sulit dilakukan pendataan.
Ia menambahkan sebagian besar kelompok masyarakat marginal di antaranya homoseksual dan waria adalah pendatang jadi mereka tidak terlalu memperdulikan politik.
"Kami sebagai kelompok maupun individu tidak terlalu mempermasalahkan politik, namun jika ada TPS khusus bagi kelompok kami akan sangat bagus," kata Kristian.
Kelompok tersebut selama ini hanya aktif dalam kegiatan internalnya saja seperti kegiatan kesehatan yaitu penyuluhan HIV dan AIDS. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Hampir 90 persen masyarakat kelompok marjinal yang saya temui dalam melakukan sosialisasi pemilu menyatakan hal tersebut, mereka antusias, namun tidak percaya terhadap calonnya," kata koordinator relawan demokrasi KPU Denpasar Luh Kristina Komala Sari di Denpasar, Selasa.
Namun ia tidak bisa menyebutkan data terkait jumlah kelompok marginal itu karena keberadaan mereka yang cenderung tertutup.
"Saya sempat diskusi terkait sosialisasi pemilu dengan kelompok homoseksual Gaya Dewata di Denpasar, mereka mengemukakan keinginan agar disediakan tempat pemungutan suara (TPS) khusus bagi kelompok mereka," ujarnya.
Untuk TPS Khusus, lanjut Kristina, hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena KPU menyiapkan TPS berdasarkan luas wilayah dibagi dengan jumlah penduduk.
"Untuk sebuah TPS di setiap dusun paling tidak ada 500 orang pemilih yang terdaftar di tempat tersebut," ujarnya.
Sementara itu Gaya Dewata Denpasar, Kristian, mengatakan sampai saat ini jumlah anggotaan yang terrgabung dalam kelompok tersebut sekitar 5.000 orang di Bali.
"Jumlah itu yang berhasil kami jangkau. Data itu dari Juli 2010 hingga Desember 2013," ujarnya.
Dia mengaku angka pasti anggota dalam kelompok itu belum terdata mengingat mereka tersebar luas dan masih sulit dilakukan pendataan.
Ia menambahkan sebagian besar kelompok masyarakat marginal di antaranya homoseksual dan waria adalah pendatang jadi mereka tidak terlalu memperdulikan politik.
"Kami sebagai kelompok maupun individu tidak terlalu mempermasalahkan politik, namun jika ada TPS khusus bagi kelompok kami akan sangat bagus," kata Kristian.
Kelompok tersebut selama ini hanya aktif dalam kegiatan internalnya saja seperti kegiatan kesehatan yaitu penyuluhan HIV dan AIDS. (*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014