Surabaya (Antara Bali) - Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring menegaskan bahwa peretas ("hacker") asal China merupakan pihak yang paling banyak menyerang dunia maya di Indonesia.
"Serangan 'hacker' terbanyak itu datang dari China, lalu Eropa, Amerika, Singapura, Malaysia, dan sebagainya," kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dalam sambutan pembukaan "Indonesia Security Conference (IdSecCons) 2013" di Unair Surabaya, Sabtu.
Didampingi Rektor Unair Prof H Fasich Apt, ia menjelaskan laman milik Kominfo mengalami serangan dari para peretas hingga 39,9 juta kali selama tahun 2012, sedangkan peretas asal Jember, Wildan, yang meretas laman Presiden SBY melakukan 5.320 kali retas dalam setahun.
"Tapi, para peretas itu bermanfaat, karena 'gangguan' yang dilakukan itu tidak sampai mencuri data, sehingga perbuatannya juga menunjukkan kelemahan sistem yang kita miliki agar kita bisa melakukan perbaikan. Itu berbeda dengan 'cracker' yang meretas untuk mencuri dan menjual hasilnya," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak ratusan peserta IdSecCons yang keenam kalinya digelar itu untuk menunjukkan kemampuan "bermain" dunia maya secara positif dan selektif, sebab dunia maya itu berpotensi untuk menimbulkan dis-integrasi bila isinya mempertajam perbedaan dan informasi yang dibagi juga menonjolkan sisi negatif.
"64 persen pemain dunia maya adalah generasi muda, karena itu kalian harus selektif, sebab kalau kalian mau membaca seluruh isi informasi dalam dunia maya, seperti facebook, twitter, email, youtube, blog, laman, dan sebagainya, maka kalian akan memerlukan waktu selama 124 tahun," tuturnya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Serangan 'hacker' terbanyak itu datang dari China, lalu Eropa, Amerika, Singapura, Malaysia, dan sebagainya," kata mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dalam sambutan pembukaan "Indonesia Security Conference (IdSecCons) 2013" di Unair Surabaya, Sabtu.
Didampingi Rektor Unair Prof H Fasich Apt, ia menjelaskan laman milik Kominfo mengalami serangan dari para peretas hingga 39,9 juta kali selama tahun 2012, sedangkan peretas asal Jember, Wildan, yang meretas laman Presiden SBY melakukan 5.320 kali retas dalam setahun.
"Tapi, para peretas itu bermanfaat, karena 'gangguan' yang dilakukan itu tidak sampai mencuri data, sehingga perbuatannya juga menunjukkan kelemahan sistem yang kita miliki agar kita bisa melakukan perbaikan. Itu berbeda dengan 'cracker' yang meretas untuk mencuri dan menjual hasilnya," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, ia mengajak ratusan peserta IdSecCons yang keenam kalinya digelar itu untuk menunjukkan kemampuan "bermain" dunia maya secara positif dan selektif, sebab dunia maya itu berpotensi untuk menimbulkan dis-integrasi bila isinya mempertajam perbedaan dan informasi yang dibagi juga menonjolkan sisi negatif.
"64 persen pemain dunia maya adalah generasi muda, karena itu kalian harus selektif, sebab kalau kalian mau membaca seluruh isi informasi dalam dunia maya, seperti facebook, twitter, email, youtube, blog, laman, dan sebagainya, maka kalian akan memerlukan waktu selama 124 tahun," tuturnya. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013