Denpasar (Antara Bali) - Pendapatan masyarakat Bali yang menggeluti usaha sektor pertanian relatif kecil, paling rendah dibanding menekuni sektor industri kecil, buruh bangunan maupun jasa pariwisata.
Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Windia di Denpasar, Selasa mengatakan nilai tambah sektor pertanian hanya Rp2,5 juta per bulan untuk garapan lahan seluas satu hektare (10.000 m2).
Menurut dia petani umumnya menggarap lahan hanya 20 are atau 2.000 m2, sehingga penghasilannya sangat kecil atau sekitar Rp500 ribu per bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pekerja yang menggeluti sektor pertanian di Pulau Dewata dalam setahun terakhir periode Februari 2012- Februari 2013 berkurang 73.400 orang atau 11,23 persen.
Hanya sektor pertanian satu-satunya yang mengalami penurunan jumlah pekerja, berbeda dengan sektor jasa lainnya yang justru mengalami peningkatan signifikan. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana, Prof Dr I Wayan Windia di Denpasar, Selasa mengatakan nilai tambah sektor pertanian hanya Rp2,5 juta per bulan untuk garapan lahan seluas satu hektare (10.000 m2).
Menurut dia petani umumnya menggarap lahan hanya 20 are atau 2.000 m2, sehingga penghasilannya sangat kecil atau sekitar Rp500 ribu per bulan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pekerja yang menggeluti sektor pertanian di Pulau Dewata dalam setahun terakhir periode Februari 2012- Februari 2013 berkurang 73.400 orang atau 11,23 persen.
Hanya sektor pertanian satu-satunya yang mengalami penurunan jumlah pekerja, berbeda dengan sektor jasa lainnya yang justru mengalami peningkatan signifikan. (*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013