Sekretariat DPRD Bali melakukan studi tiru dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui dinas pariwisata-nya membahas kiat mereka dalam mengelola warisan budaya hingga menjadikannya objek wisata sejarah.
Kasubag TU, Kepegawaian, dan Humas DPRD Bali I Kadek Putra Suantara di Kota Yogyakarta, DIY, Jumat, bercerita soal kemiripan Kota Yogyakarta dengan Bali yang memiliki warisan budaya.
Yang berbeda, kearifan lokal Bali yang dinikmati wisatawan sebagian besar berasal dari tradisi Hindu dan kehidupan sehari-hari masyarakat, sementara Kota Yogyakarta mampu menjalankan pariwisata dengan bangunan dan warisan peninggalan yang dioptimalkan.
Menanggapi rasa penasaran tim DPRD Bali, Kepala Bidang Industri Pariwisata Dispar Kota Yogyakarta Cesaria Eka Yulianti membagikan konsep kebijakan mereka.
“Kami sama Bali sama-sama pariwisata berbasis budaya, tinggal budayanya saja yang digali karena budaya itu bisa dieksplor menyesuaikan dengan cara saat ini dan tergantung segmen pasarnya,” kata dia saat menyandingkan Kota Yogyakarta dengan Kota Denpasar yang memiliki wisata berbasis warisan budaya.
Ia bercerita, di kota ini setiap objek dijelaskan dengan berbagai metode oleh pengelola dan tim pemandu, seperti penjabaran destinasi kepada gen Z akan berbeda dengan generasi di atasnya.
“Kalau gen z sangat ringan digali budayanya, umpanya bagaimana menerangkan konsep keraton yang tidak berat, beda dengan yang usia matang, termasuk ke wisman,” ujar Cesaria.
Setiap kawasan di Kota Yogyakarta juga dikemas masing-masing sesuai ciri khas sejarah yang terbentuk, sehingga memudahkan kelompok wisatawan mencari area yang diinginkan.
“Seperti di Kota Baru lebih ke budaya indische-nya, karena dulu Belanda hidup disini, kalau Kota Gedhe dulu cikal bakal Jogja, lanskapnya, ciri khas bangunan dan pemukimannya, karena Kota Gedhe tempatnya juragan perak,” kata dia.
Dispar Kota Yogyakarta juga mengatakan mereka tidak hanya mengelola pengembangan objek sebagai tempat wisata namun juga mengelola bangunannya.
Cesaria menyebut untuk objek milik pemerintah dikelola langsung oleh pemerintah kota, namun tak sedikit objek yang dimiliki perorangan, sebab tiap bangunan di kota tersebut memiliki banyak sejarah yang menarik bagi wisatawan.
Baca juga: DPRD Bali gali pengalaman Yogyakarta dalam penanganan wisatawan
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Kasubag TU, Kepegawaian, dan Humas DPRD Bali I Kadek Putra Suantara di Kota Yogyakarta, DIY, Jumat, bercerita soal kemiripan Kota Yogyakarta dengan Bali yang memiliki warisan budaya.
Yang berbeda, kearifan lokal Bali yang dinikmati wisatawan sebagian besar berasal dari tradisi Hindu dan kehidupan sehari-hari masyarakat, sementara Kota Yogyakarta mampu menjalankan pariwisata dengan bangunan dan warisan peninggalan yang dioptimalkan.
Menanggapi rasa penasaran tim DPRD Bali, Kepala Bidang Industri Pariwisata Dispar Kota Yogyakarta Cesaria Eka Yulianti membagikan konsep kebijakan mereka.
“Kami sama Bali sama-sama pariwisata berbasis budaya, tinggal budayanya saja yang digali karena budaya itu bisa dieksplor menyesuaikan dengan cara saat ini dan tergantung segmen pasarnya,” kata dia saat menyandingkan Kota Yogyakarta dengan Kota Denpasar yang memiliki wisata berbasis warisan budaya.
Ia bercerita, di kota ini setiap objek dijelaskan dengan berbagai metode oleh pengelola dan tim pemandu, seperti penjabaran destinasi kepada gen Z akan berbeda dengan generasi di atasnya.
“Kalau gen z sangat ringan digali budayanya, umpanya bagaimana menerangkan konsep keraton yang tidak berat, beda dengan yang usia matang, termasuk ke wisman,” ujar Cesaria.
Setiap kawasan di Kota Yogyakarta juga dikemas masing-masing sesuai ciri khas sejarah yang terbentuk, sehingga memudahkan kelompok wisatawan mencari area yang diinginkan.
“Seperti di Kota Baru lebih ke budaya indische-nya, karena dulu Belanda hidup disini, kalau Kota Gedhe dulu cikal bakal Jogja, lanskapnya, ciri khas bangunan dan pemukimannya, karena Kota Gedhe tempatnya juragan perak,” kata dia.
Dispar Kota Yogyakarta juga mengatakan mereka tidak hanya mengelola pengembangan objek sebagai tempat wisata namun juga mengelola bangunannya.
Cesaria menyebut untuk objek milik pemerintah dikelola langsung oleh pemerintah kota, namun tak sedikit objek yang dimiliki perorangan, sebab tiap bangunan di kota tersebut memiliki banyak sejarah yang menarik bagi wisatawan.
Baca juga: DPRD Bali gali pengalaman Yogyakarta dalam penanganan wisatawan
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024