Gianyar (Antara Bali) - Yayasan Nitiyari Berkarya atau NB Foundation, salah satu lembaga pemerhati satwa liar di Bali, menilai sudah tidak ada lagi pembantaian terhadap penyu di wilayah tersebut untuk keperluan komersial.
"Hal itu disebabkan penggunaan daging penyu untuk ritual sudah berkurang karena dapat digantikan dengan satwa lainnya," kata Anak Agung Ngurah Agung, selaku Ketua Yayasan Nitiyari Berkarya, di sela-sela peresmian pameran lukisan tentang penyelamatan penyu di Bali Safari and Marine Park, Gianyar, Rabu sore.
Menurut dia, jikapun ada desa yang memerlukan daging penyu untuk ritual harus menyampaikan secara tertulis kepada pihak berwenang.
Jumlahnya pun tidak bisa banyak, hanya beberapa ekor saja. Selain itu tidak semua desa adat di wilayah Pulau Dewata yang membutuhkan daging satwa dilindungi itu.
"Saat ini hanya ada dua wilayah saja yang biasanya masih memerlukan daging penyu untuk ritual, yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung," ucapnya.
Agung menjelaskan, kondisi yang terjadi sekarang di Bali sudah banyak penangkaran hewan yang dilindungi, seperti di Serangan dan Pantai Kuta. Khusus untuk tempat penangkaran dan penetasan penyu di Serangan kondisi cukup memprihatinkan karena tidak mendapatkan dukungan penunjang.
Daniel, selaku Sales and Marketing Manager, Bali Safari and Marine Park (BSMP), mengatakan, pihaknya akan selalu berpartisipasi dalam pelestarian satwa melalui program corporate social responsibility (CSR).
"Kami akan selalu mendukung namun karena ini harus dibahas secara terperinci lagi," ujarnya. (IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Hal itu disebabkan penggunaan daging penyu untuk ritual sudah berkurang karena dapat digantikan dengan satwa lainnya," kata Anak Agung Ngurah Agung, selaku Ketua Yayasan Nitiyari Berkarya, di sela-sela peresmian pameran lukisan tentang penyelamatan penyu di Bali Safari and Marine Park, Gianyar, Rabu sore.
Menurut dia, jikapun ada desa yang memerlukan daging penyu untuk ritual harus menyampaikan secara tertulis kepada pihak berwenang.
Jumlahnya pun tidak bisa banyak, hanya beberapa ekor saja. Selain itu tidak semua desa adat di wilayah Pulau Dewata yang membutuhkan daging satwa dilindungi itu.
"Saat ini hanya ada dua wilayah saja yang biasanya masih memerlukan daging penyu untuk ritual, yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung," ucapnya.
Agung menjelaskan, kondisi yang terjadi sekarang di Bali sudah banyak penangkaran hewan yang dilindungi, seperti di Serangan dan Pantai Kuta. Khusus untuk tempat penangkaran dan penetasan penyu di Serangan kondisi cukup memprihatinkan karena tidak mendapatkan dukungan penunjang.
Daniel, selaku Sales and Marketing Manager, Bali Safari and Marine Park (BSMP), mengatakan, pihaknya akan selalu berpartisipasi dalam pelestarian satwa melalui program corporate social responsibility (CSR).
"Kami akan selalu mendukung namun karena ini harus dibahas secara terperinci lagi," ujarnya. (IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013