Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melalui perpanjangan tangannya PT Sarana Bali Dwipa Jaya (SBDJ) mengatakan, peletakan batu pertama pembangunan infrastruktur transportasi umum massal berbasis kereta akan dilakukan September 2024.
“Sesuai rencana yang ditetapkan, peletakan batu pertama dilakukan pada bulan September 2024 meliputi pembangunan empat fase,” kata Direktur Utama PT SBDJ Ari Askhara di Denpasar, Bali, Rabu.
Nantinya, penanda dimulainya proyek pengembangan kereta bawah tanah di Pulau Dewata ini akan dilakukan di Central Parkir Kuta yang kemudian akan dijadikan kantor manajemen pengelola.
Adapun zona yang akan dibangun pada fase pertama meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Central Parkir Kuta, kemudian Seminyak, Berawa, lalu Cemagi.
Untuk fase kedua dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Jimbaran Universitas Udayana dan Nusa Dua.
“Diharapkan fase bandara ke Kuta dan bandara ke Jimbaran Udayana dapat diselesaikan awal tahun 2028,” ujarnya.
Dua fase ini dimulai bersamaan dan pertama sebab kontur tanah kapur di kawasan tersebut memudahkan proses pengerjaan, sehingga ketika rampung dapat dijadikan penjamin ke masyarakat.
Mantan Dirut Garuda Indonesia itu menyebut untuk fase ketiga pengembangan kereta di Bali akan menghubungkan Central Parkir Kuta dengan Denpasar yaitu Sesetan, Renon, dan Sanur.
Kemudian terakhir fase empat menghubungkan Renon dengan Gianyar yaitu Sukawati dan Ubud, namun untuk fase ketiga dan keempat diprediksi baru rampung tahun 2031.
Dalam membangun infrastruktur ini, Pemprov Bali dibantu investor utama PT Bumi Indah Prima dengan total nilai investasi 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp325 triliun.
Dana tersebut nantinya digunakan untuk membangun keseluruhan infrastruktur kereta namun tidak terbatas pada satu investor, sebab skema yang diterapkan masih membuka peluang investor lainnya bergabung di bawah investor utama.
Pembangunan yang dimulai akhir tahun ini tersebut meliputi terowongan, rel kereta bawah tanah, infrastruktur fasilitas pendukung seperti telekomunikasi, tenaga listrik, air, pengelolaan sampah dan limbah, serta pembangunan transit oriented development.
Ari Askhara menjelaskan untuk infrastruktur telekomunikasi mereka akan menarik kabel fiber optik bawah laut dari Singapura sepanjang lebih dari 3 ribu kilometer untuk memastikan kemandirian dan keamanan jaringan.
Terkait, pembangunan transit oriented development, mereka akan mendesain setiap stasiun fokus pada keunggulan masing-masing daerah.
“Sehingga akan jadi atraksi wisata menarik seperti Kuta fokus pusat komersial, Seminyak fokus pusat hiburan, Canggu dan Berawa fokus pusat kebugaran, dan Cemagi fokus kegiatan alam,” ujarnya.
PT SBDJ memastikan proyek ini dibangun dengan berhati-hati tanpa merusak konsep Hindu Bali Tri Hita Karana, bahkan ke depan masyarakat lokal akan dibekali ilmu sehingga pengisi posisi di moda transportasi ini adalah putra-putri daerah.
Baca juga: Sekda Badung: Pembangunan MRT bisa tingkatkan sektor pariwisata
Baca juga: Menteri PPN sebut proyek kereta di Bali tidak terganggu siklus politik
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Sesuai rencana yang ditetapkan, peletakan batu pertama dilakukan pada bulan September 2024 meliputi pembangunan empat fase,” kata Direktur Utama PT SBDJ Ari Askhara di Denpasar, Bali, Rabu.
Nantinya, penanda dimulainya proyek pengembangan kereta bawah tanah di Pulau Dewata ini akan dilakukan di Central Parkir Kuta yang kemudian akan dijadikan kantor manajemen pengelola.
Adapun zona yang akan dibangun pada fase pertama meliputi Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Central Parkir Kuta, kemudian Seminyak, Berawa, lalu Cemagi.
Untuk fase kedua dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke Jimbaran Universitas Udayana dan Nusa Dua.
“Diharapkan fase bandara ke Kuta dan bandara ke Jimbaran Udayana dapat diselesaikan awal tahun 2028,” ujarnya.
Dua fase ini dimulai bersamaan dan pertama sebab kontur tanah kapur di kawasan tersebut memudahkan proses pengerjaan, sehingga ketika rampung dapat dijadikan penjamin ke masyarakat.
Mantan Dirut Garuda Indonesia itu menyebut untuk fase ketiga pengembangan kereta di Bali akan menghubungkan Central Parkir Kuta dengan Denpasar yaitu Sesetan, Renon, dan Sanur.
Kemudian terakhir fase empat menghubungkan Renon dengan Gianyar yaitu Sukawati dan Ubud, namun untuk fase ketiga dan keempat diprediksi baru rampung tahun 2031.
Dalam membangun infrastruktur ini, Pemprov Bali dibantu investor utama PT Bumi Indah Prima dengan total nilai investasi 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp325 triliun.
Dana tersebut nantinya digunakan untuk membangun keseluruhan infrastruktur kereta namun tidak terbatas pada satu investor, sebab skema yang diterapkan masih membuka peluang investor lainnya bergabung di bawah investor utama.
Pembangunan yang dimulai akhir tahun ini tersebut meliputi terowongan, rel kereta bawah tanah, infrastruktur fasilitas pendukung seperti telekomunikasi, tenaga listrik, air, pengelolaan sampah dan limbah, serta pembangunan transit oriented development.
Ari Askhara menjelaskan untuk infrastruktur telekomunikasi mereka akan menarik kabel fiber optik bawah laut dari Singapura sepanjang lebih dari 3 ribu kilometer untuk memastikan kemandirian dan keamanan jaringan.
Terkait, pembangunan transit oriented development, mereka akan mendesain setiap stasiun fokus pada keunggulan masing-masing daerah.
“Sehingga akan jadi atraksi wisata menarik seperti Kuta fokus pusat komersial, Seminyak fokus pusat hiburan, Canggu dan Berawa fokus pusat kebugaran, dan Cemagi fokus kegiatan alam,” ujarnya.
PT SBDJ memastikan proyek ini dibangun dengan berhati-hati tanpa merusak konsep Hindu Bali Tri Hita Karana, bahkan ke depan masyarakat lokal akan dibekali ilmu sehingga pengisi posisi di moda transportasi ini adalah putra-putri daerah.
Baca juga: Sekda Badung: Pembangunan MRT bisa tingkatkan sektor pariwisata
Baca juga: Menteri PPN sebut proyek kereta di Bali tidak terganggu siklus politik
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024