Kampar (Antara Bali) - Pengelola desa wisata sekaligus Kepala Desa Buluhcina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar M Ralis mengaku merindukan kedatangan wisatawan dalam dan luar negeri.
"Kami rindu pengunjung, mengenaskan tentunya aneh ini wisata sudah lama tapi pengunjung tak seramai itu," ujar Ralis di Buluhcina, Rabu.
Menurut Ralis promosi yang dilakukan selama ini memang kurang optimal baik itu dari pihaknya maupun pihak Dinas Pariwisata Kabupaten dan Provinsi Riau.
Oleh karena itu, Ralis memanfaatkan kedatangan rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menyampaikan harapan agar Buluhcina kembali ramai.
"Semoga Kemenparekraf bisa membantu pengembangan desa wisata, karena ini tidak ada pengunjung," kata Ralis.
Desa Wisata Buluhcina atau disebut dengan Hutan Ulayat Rimbo Tujuh Danau menyuguhkan pengalaman menikmati tujuh danau di wilayah tersebut beserta kekayaan vegetasi dan fauna yang dimiliki.
Sementara itu pimpinan rombongan Kemenparekraf Danang Rahadian mengatakan, pengembangan destinasi wisata Riau terkendala kondisi psikologis masyarakat yang menganggap sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup lewat pemanfaatan sumber daya alam seperti minyak bumi. (IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Kami rindu pengunjung, mengenaskan tentunya aneh ini wisata sudah lama tapi pengunjung tak seramai itu," ujar Ralis di Buluhcina, Rabu.
Menurut Ralis promosi yang dilakukan selama ini memang kurang optimal baik itu dari pihaknya maupun pihak Dinas Pariwisata Kabupaten dan Provinsi Riau.
Oleh karena itu, Ralis memanfaatkan kedatangan rombongan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk menyampaikan harapan agar Buluhcina kembali ramai.
"Semoga Kemenparekraf bisa membantu pengembangan desa wisata, karena ini tidak ada pengunjung," kata Ralis.
Desa Wisata Buluhcina atau disebut dengan Hutan Ulayat Rimbo Tujuh Danau menyuguhkan pengalaman menikmati tujuh danau di wilayah tersebut beserta kekayaan vegetasi dan fauna yang dimiliki.
Sementara itu pimpinan rombongan Kemenparekraf Danang Rahadian mengatakan, pengembangan destinasi wisata Riau terkendala kondisi psikologis masyarakat yang menganggap sudah mampu memenuhi kebutuhan hidup lewat pemanfaatan sumber daya alam seperti minyak bumi. (IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013