Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang mengusahakan tanaman kakao di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) sebanyak 10 orang mengikuti pendidikan dan latihan membuat sarana pendukung pertanian organik sentuhan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4) ke Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA) Bali.

Ketua Gapoktan Uma Laham Yohanes Idang memimpin rombongan mengikuti pelatihan ke IPSA Bali, di Desa Bengkel, Busungbiu, Kabupaten Buleleng sekitar 80 kilometer Barat laut Denpasar, serangkaian kunjungan empat hari di Bali, 26-29 Januari 2024.

Mereka mengikuti pendidikan dan latihan di IPSA Bali yang kegiatannya digelar secara berkesinambungan sejak tahun 1997 atau 26 tahun silam atau sekarang merupakan angkatan ke-377 dengan peserta mencapai puluhan ribu orang belajar tentang pertanian organik berbasis EM dari berbagai daerah di Indonesia.

Instruktur EM IPSA Bali Ir I Gusti Ketut Riksa didampingi Kepala IPSA Ketut Jadiasa, S.Sos melatih peserta dari Kalimantan Timur tentang pertanian organik berbasis EM guna mendukung pengembangan komoditas perkebunan kakao.

Pendidikan dan latihan singkat menyangkut teori dan praktek langsung mulai dari mengaktifkan EM, membuat pupuk organik bokashi padat, bokashi cair, dan Fermentet Plant Ekstrak (FPE) atau ekstrak tanaman fermentasi.

Praktik menggunakan bahan-bahan alami maupun limbah organik yang mudah diperoleh di sekitar lahan perkebunan kakao. Seluruh peserta langsung praktik dipandu Ir Gusti Ketut Riksa dibantu Ketut Jadiasa.

Ekstrak Tanaman Fermentasi

Membuat ekstrak tanaman fermentasi yang juga disebut Fermented Plant Extract (FPE) membutuhkan bahan terdiri atas EM4, cacahan bagian tanaman yang berkhasiat obat, molase (gula merah), air bersih dan jerigen.

FPE itu untuk mengatasi berbagai jenis hama yang menyerang tanaman atau kebun peliharaan dapat dibuat dengan campuran daun-daunan, umbi-umbian dan buah-buahan herbal yang dicacah (dipotong-potong) menjadi bagian kecil lalu difermentasi dengan EM dalam wadah tertutup.

Bahan-bahan campuran yang sudah dipotong menjadi bagian-bagian kecil difermentasi dalam wadah tertutup selama dua minggu, dengan perbandingan satu liter air diisi 10 mili liter EM.

Setelah fermentasi selama dua minggu, pestisida organik itu siap digunakan untuk menyemprot tanaman yang terserang hama penyakit. Proses pembuatan pestisida organik itu sangat mudah, murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja, dengan konsep menghemat biaya dalam bidang pertanian, meningkatkan kualitas produksi kakao dan menghemat penggunaan air dalam tanah.

Pupuk Bokashi Padat

Demikian pula membuat pupuk organik padat bokashi volume satu ton misalnya membutuhkan bahan organik 80 persen, pupuk kandang 10 persen, dedak/belatul 10 persen, EM4 satu liter, molase (gula merah) 1 liter dan air 20 liter.

Bahan baku adonan dengan kadar air 30-40 persen, larutkan EM4, kemudian fermentasi dalam wadah tertutup selama 4-7 hari dengan suhu kurang dari 50 derajat celsius dan gas yang terbentuk setiap saat dikeluarkan, hingga seminggu pupuk bokashi padat siap diaplikasikan untuk menyburkan tanaman.

Pupuk Bokashi Cair

Sedangkan membuat pupuk bokashi cair membutuhkan bahan antara lain pupuk kandang, EM4 1 liter, molase 2 liter, air sumur 20 liter, semua bahan-bahan tersebut dicampur dan diaduk secara merata dalam satu wadah lalu difermentasi dalam wadah tertutup selama 4-7 hari dengan suhu kurang dari 50 derajat celcius.

Setiap saat gas yang terbentuk dikeluarkan sehingga fermentasi dalam waktu seminggu itu pupuk bokashi cair siap diaplikasikan ke tanaman yang terlebih dulu dicampur air lalu disemprotkan ke tanaman alpukat dengan harapan mampu meningkat produksi dan meningkatkan mutu komoditas mata dagangan ekspor tersebut.

Caption Foto: Peserta pelatihan pertanian organik terpadu dengan teknologi EM4 dari Gapoktan Kakao Kaltim melakukan foto bersama usai menerima sertifikat di IPSA Bali

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024