Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bali I Made Teja meminta warga mengantisipasi dampak dari musim penghujan hingga Maret seiring curah hujan tinggi selama sepekan dengan puncaknya pada Sabtu (27/1) lalu.
“Pasti seperti ini sampai akhir Februari. Pengalaman saya begitu, kalau Februari sampah akan cukup banyak. Kami arahkan di desa-desa supaya antisipasi, termasuk di rumah tangga ya, tafsiran saya sampai Maret ada masalah,” katanya di Denpasar, Senin.
DLHK Bali mencatat sejumlah kasus luapan air terjadi akibat saluran yang tersumbat sampah, namun pada kejadian tersebut tim dari Dinas PUPR Bali sudah turun tangan melakukan pengangkutan, sehingga pemerintah daerah (pemda) turut melakukan percepatan dan pemantauan, disamping meminta masyarakat turut peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Ada Dinas PUPR yang sudah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota beberapa titik saja, sudah dilakukan pembersihan diangkut sampahnya. Yang di daerah Bali Selatan kan kemarin hujannya lebat, di hilirnya juga dilakukan gerakan bersih-bersih dengan Pj Gubernur juga waktu itu,” ujarnya.
Teja meminta masyarakat tak panik karena dampak dari musim penghujan hanya sementara, Selain itu mereka juga telah rutin melakukan pembersihan gorong-gorong sejak awal Januari bersama Dinas PUPR.
“Tapi namanya hujan lebat pasti ada dampak 1-2 jam, akan ada di beberapa sungai mungkin got juga tertutup sampah, tapi kan di lapangan terus dilakukan tindakan,” katanya.
Selain luapan air, pihaknya mendapat laporan terkait pohon tumbang akibat peralihan ke musim penghujan sepekan terakhir. Dalam hal ini pemda mengaku sudah menyiapkan antisipasi sejak Desember 2023 lalu.
Adapun upaya mengurangi dampak dari hujan lebat disertai angin kencang yaitu dengan menebang pohon yang berpotensi tumbang, bekerja sama dengan ke kabupaten/kota.
Untuk diketahui BPBD Bali mencatat pada puncaknya Sabtu (27/1) lalu setidaknya terjadi empat pohon tumbang, tiga senderan, dan rumah roboh, serta peristiwa tersambar petir akibat cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
“Pasti seperti ini sampai akhir Februari. Pengalaman saya begitu, kalau Februari sampah akan cukup banyak. Kami arahkan di desa-desa supaya antisipasi, termasuk di rumah tangga ya, tafsiran saya sampai Maret ada masalah,” katanya di Denpasar, Senin.
DLHK Bali mencatat sejumlah kasus luapan air terjadi akibat saluran yang tersumbat sampah, namun pada kejadian tersebut tim dari Dinas PUPR Bali sudah turun tangan melakukan pengangkutan, sehingga pemerintah daerah (pemda) turut melakukan percepatan dan pemantauan, disamping meminta masyarakat turut peduli terhadap kebersihan lingkungan.
“Ada Dinas PUPR yang sudah melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota beberapa titik saja, sudah dilakukan pembersihan diangkut sampahnya. Yang di daerah Bali Selatan kan kemarin hujannya lebat, di hilirnya juga dilakukan gerakan bersih-bersih dengan Pj Gubernur juga waktu itu,” ujarnya.
Teja meminta masyarakat tak panik karena dampak dari musim penghujan hanya sementara, Selain itu mereka juga telah rutin melakukan pembersihan gorong-gorong sejak awal Januari bersama Dinas PUPR.
“Tapi namanya hujan lebat pasti ada dampak 1-2 jam, akan ada di beberapa sungai mungkin got juga tertutup sampah, tapi kan di lapangan terus dilakukan tindakan,” katanya.
Selain luapan air, pihaknya mendapat laporan terkait pohon tumbang akibat peralihan ke musim penghujan sepekan terakhir. Dalam hal ini pemda mengaku sudah menyiapkan antisipasi sejak Desember 2023 lalu.
Adapun upaya mengurangi dampak dari hujan lebat disertai angin kencang yaitu dengan menebang pohon yang berpotensi tumbang, bekerja sama dengan ke kabupaten/kota.
Untuk diketahui BPBD Bali mencatat pada puncaknya Sabtu (27/1) lalu setidaknya terjadi empat pohon tumbang, tiga senderan, dan rumah roboh, serta peristiwa tersambar petir akibat cuaca ekstrem hujan lebat disertai angin kencang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024