Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Udyana Wiguna Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, saat ini membutuhkan tenaga pendidik yang dapat mendampingi anak-anak di panti tersebut ketika belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah.
"Semua anak di sini bersekolah, ada yang SD, SMP dan SMA/SMK," kata Kepala UPTD Pelayanan Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali Dewa Ayu Eka Putri Karini di Singaraja, Minggu.
Eka Putri menyampaikan hal itu saat menerima kunjungan reses anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika di panti asuhan yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Bali itu.
Dari daya tampung panti asuhan sebanyak 50 orang, saat ini terisi 44 orang. Panti asuhan tak hanya diisi oleh anak-anak yang yatim piatu, tetapi juga ada anak-anak dari keluarga yang sangat miskin.
"Ada yang masih lengkap orang tuanya, tetapi kondisinya yang tidak mampu. Ada yang orang tuanya harus tidur satu tempat dengan sapi karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak," ujarnya.
Menurut Eka Putri, anak-anak yang ditampung di panti asuhan tersebut juga berdasarkan hasil koordinasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dengan didampingi para pekerja sosialnya.
Anak yang terkecil berusia 9 tahun. Ada juga anak yang sudah tinggal sejak kelas 1 SD dan sekarang sudah kelas 3 SMA (kelas XII).
"Memang terkadang ada mahasiswa Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha) yang PKL di sini, tetapi yang diperlukan pendampingan itu ketika anak-anak belajar di malam hari dan kami kesulitan untuk membantu anak-anak ini. Di sini total ada 10 pengasuh," ujarnya.
Tak hanya kendala tenaga pendidik, pihaknya berharap bisa dibantu tenaga kesehatan. "Memang ada pengadaan obat-obatan, tetapi pengasuhnya tidak paham untuk takarannya. Demikian pula dengan akses ke puskemas itu tentu hanya sampai siang," ucapnya.
Untuk mengisi waktu, mereka juga diberikan keterampilan seperti membuat canang. Beberapa komunitas juga sering datang dan memberikan kegiatan/pelatihan.
Ia menambahkan, anak-anak panti asuhan setelah tamat SMA/SMK akan dikembalikan ke keluarga atau walinya.
Sementara itu anggota DPD RI Made Mangku Pastika melalui kunjungannya tersebut ingin mengajak masyarakat Bali berempati kepada warga yang membutuhkan uluran tangan.
"Dengan kunjungan saya ini, mudah-mudahan yang lain juga datang. Lihatlah saudara-saudara kita, anak-anak kita mereka semua memerlukan sentuhan perhatian. Tidak perlu bawa yang mahal-mahal, mereka perlu senyuman dari kita, uluran tangan. Mereka sudah puas," katanya.
Dengan kepedulian berbagai pihak, ia berharap anak-anak di panti asuhan bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik. "Anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Meskipun berada di panti asuhan, Pastika sangat berharap mereka bisa mendapatkan pendidikan yang baik dan jangan sampai tertinggal agar kehidupannya kelak bisa lebih baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Semua anak di sini bersekolah, ada yang SD, SMP dan SMA/SMK," kata Kepala UPTD Pelayanan Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Provinsi Bali Dewa Ayu Eka Putri Karini di Singaraja, Minggu.
Eka Putri menyampaikan hal itu saat menerima kunjungan reses anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika di panti asuhan yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Bali itu.
Dari daya tampung panti asuhan sebanyak 50 orang, saat ini terisi 44 orang. Panti asuhan tak hanya diisi oleh anak-anak yang yatim piatu, tetapi juga ada anak-anak dari keluarga yang sangat miskin.
"Ada yang masih lengkap orang tuanya, tetapi kondisinya yang tidak mampu. Ada yang orang tuanya harus tidur satu tempat dengan sapi karena tidak memiliki tempat tinggal yang layak," ujarnya.
Menurut Eka Putri, anak-anak yang ditampung di panti asuhan tersebut juga berdasarkan hasil koordinasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dengan didampingi para pekerja sosialnya.
Anak yang terkecil berusia 9 tahun. Ada juga anak yang sudah tinggal sejak kelas 1 SD dan sekarang sudah kelas 3 SMA (kelas XII).
"Memang terkadang ada mahasiswa Undiksha (Universitas Pendidikan Ganesha) yang PKL di sini, tetapi yang diperlukan pendampingan itu ketika anak-anak belajar di malam hari dan kami kesulitan untuk membantu anak-anak ini. Di sini total ada 10 pengasuh," ujarnya.
Tak hanya kendala tenaga pendidik, pihaknya berharap bisa dibantu tenaga kesehatan. "Memang ada pengadaan obat-obatan, tetapi pengasuhnya tidak paham untuk takarannya. Demikian pula dengan akses ke puskemas itu tentu hanya sampai siang," ucapnya.
Untuk mengisi waktu, mereka juga diberikan keterampilan seperti membuat canang. Beberapa komunitas juga sering datang dan memberikan kegiatan/pelatihan.
Ia menambahkan, anak-anak panti asuhan setelah tamat SMA/SMK akan dikembalikan ke keluarga atau walinya.
Sementara itu anggota DPD RI Made Mangku Pastika melalui kunjungannya tersebut ingin mengajak masyarakat Bali berempati kepada warga yang membutuhkan uluran tangan.
"Dengan kunjungan saya ini, mudah-mudahan yang lain juga datang. Lihatlah saudara-saudara kita, anak-anak kita mereka semua memerlukan sentuhan perhatian. Tidak perlu bawa yang mahal-mahal, mereka perlu senyuman dari kita, uluran tangan. Mereka sudah puas," katanya.
Dengan kepedulian berbagai pihak, ia berharap anak-anak di panti asuhan bisa mendapatkan masa depan yang lebih baik. "Anak-anak ini adalah generasi penerus bangsa," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Meskipun berada di panti asuhan, Pastika sangat berharap mereka bisa mendapatkan pendidikan yang baik dan jangan sampai tertinggal agar kehidupannya kelak bisa lebih baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023