Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menilai Bali perlu memiliki sekolah pelayaran sehingga generasi muda setempat tidak hanya menjadi "kuli" ketika bekerja di atas kapal.
"Jangan hanya bekerja di kapal sebagai kuli menjadi room service, tukang masak, dan sebagainya. Itu sih oke, tetapi yang kita mau yang betul-betul menguasai teknik pelayaran," kata Pastika saat mengadakan reses di Taman Jepun, Denpasar, Jumat.
Kegiatan reses yang membahas topik "Bali sebagai Poros Maritim Nusantara" itu dihadiri sejumlah praktisi dan akademisi. Acara diawali pemaparan sejarah Bali sebagai poros maritim dengan narasumber budayawan sekaligus penulis Ngurah Paramartha.
"Sebagai poros maritim, DNA orang Bali sebagai pelaut itu sebenarnya ada, tinggal bagaimana kita mengembangkannya," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Menurut Pastika, dengan menjadi awak yang menentukan jalannya kapal atau menguasai teknik pelayaran itu, seperti menjadi mualim 1, mualim 2 maka gaji yang didapat pun lebih besar karena tidak banyak orang memiliki keahlian itu.
"Sekolah pelayaran kita tidak punya di Bali. Kalau bisa yang bikin itu pemerintah, namun sebelumnya harus dilakukan survei pasar dulu," ujarnya.
Baca juga: Mangku Pastika kagumi inovasi perajin mesin pengolahan di Bali
Terkait dengan lokasi untuk dibangun sekolah pelayaran dan jenjang pendidikan yang cocok berupa SMK ataupun akademi, lanjut Pastika, tentunya memerlukan diskusi lebih lanjut dengan para ahlinya.
Pastika mengatakan saat menjabat Gubernur Bali, usulan untuk dibangun sekolah pelayaran di Bali sudah sempat disampaikan kepada Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu dan sudah disetujui. Rencananya mau dibuat di kawasan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Selain itu, kata Pastika, potensi kemaritiman yang begitu besar di Bali sejauh ini belum dikelola maksimal. Bahkan pengelolanya bukan warga lokal.
"Seperti perusahaan rumput laut di Patas Buleleng itu investornya dari India. Rumput laut segar dikirim ke India. Bahkan melihat besarnya potensi Bali, pabrik yang di India akan dipusatkan di Bali. Selanjutnya juga ada potensi nener di Buleleng dengan produksinya mencapai 27 juta ekor/hari," katanya.
Baca juga: Mangku Pastika ajak generasi muda Bali tidak apatis dalam Pemilu 2024
Sementara itu Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Provinsi Bali Anak Agung Bagus Wiranata mengatakan ada 26 ribu lebih warga Bali bekerja di sektor kelautan ini dan sebagian besar di kapal pesiar dengan berbagai posisi.
Wiranata bahkan mencontohkan Jamaica sebuah negara kecil yang punya lima pelabuhan bisa memberikan kontribusi besar bagi negara. Demikian pula Filipina yang banyak kontribusinya dari maritim.
Ia juga sangat berharap agar di Bali juga dibuat sekolah pelayaran dan generasi muda Bali jangan hanya melirik sekolah pariwisata.
Sementara itu, budayawan Ngurah Paramartha mengatakan Bali sudah sejak dulu dikenal dengan poros maritimnya. Banyak kapal-kapal dari luar berlabuh dan melakukan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.
Bukti sejarah juga menunjukkan selain pelabuhan-pelabuhan besar juga adanya sebaran pura yang ada di pesisir Bali terutama di kawasan Bali bagian utara.
Paramartha juga berharap ke depannya bisa dibangun marina di kawasan Bali utara sehingga kapal pesiar dapat diarahkan ke sana. Hal ini sekaligus untuk menyeimbangkan pembangunan di utara dan selatan Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Jangan hanya bekerja di kapal sebagai kuli menjadi room service, tukang masak, dan sebagainya. Itu sih oke, tetapi yang kita mau yang betul-betul menguasai teknik pelayaran," kata Pastika saat mengadakan reses di Taman Jepun, Denpasar, Jumat.
Kegiatan reses yang membahas topik "Bali sebagai Poros Maritim Nusantara" itu dihadiri sejumlah praktisi dan akademisi. Acara diawali pemaparan sejarah Bali sebagai poros maritim dengan narasumber budayawan sekaligus penulis Ngurah Paramartha.
"Sebagai poros maritim, DNA orang Bali sebagai pelaut itu sebenarnya ada, tinggal bagaimana kita mengembangkannya," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Menurut Pastika, dengan menjadi awak yang menentukan jalannya kapal atau menguasai teknik pelayaran itu, seperti menjadi mualim 1, mualim 2 maka gaji yang didapat pun lebih besar karena tidak banyak orang memiliki keahlian itu.
"Sekolah pelayaran kita tidak punya di Bali. Kalau bisa yang bikin itu pemerintah, namun sebelumnya harus dilakukan survei pasar dulu," ujarnya.
Baca juga: Mangku Pastika kagumi inovasi perajin mesin pengolahan di Bali
Terkait dengan lokasi untuk dibangun sekolah pelayaran dan jenjang pendidikan yang cocok berupa SMK ataupun akademi, lanjut Pastika, tentunya memerlukan diskusi lebih lanjut dengan para ahlinya.
Pastika mengatakan saat menjabat Gubernur Bali, usulan untuk dibangun sekolah pelayaran di Bali sudah sempat disampaikan kepada Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu dan sudah disetujui. Rencananya mau dibuat di kawasan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Selain itu, kata Pastika, potensi kemaritiman yang begitu besar di Bali sejauh ini belum dikelola maksimal. Bahkan pengelolanya bukan warga lokal.
"Seperti perusahaan rumput laut di Patas Buleleng itu investornya dari India. Rumput laut segar dikirim ke India. Bahkan melihat besarnya potensi Bali, pabrik yang di India akan dipusatkan di Bali. Selanjutnya juga ada potensi nener di Buleleng dengan produksinya mencapai 27 juta ekor/hari," katanya.
Baca juga: Mangku Pastika ajak generasi muda Bali tidak apatis dalam Pemilu 2024
Sementara itu Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Provinsi Bali Anak Agung Bagus Wiranata mengatakan ada 26 ribu lebih warga Bali bekerja di sektor kelautan ini dan sebagian besar di kapal pesiar dengan berbagai posisi.
Wiranata bahkan mencontohkan Jamaica sebuah negara kecil yang punya lima pelabuhan bisa memberikan kontribusi besar bagi negara. Demikian pula Filipina yang banyak kontribusinya dari maritim.
Ia juga sangat berharap agar di Bali juga dibuat sekolah pelayaran dan generasi muda Bali jangan hanya melirik sekolah pariwisata.
Sementara itu, budayawan Ngurah Paramartha mengatakan Bali sudah sejak dulu dikenal dengan poros maritimnya. Banyak kapal-kapal dari luar berlabuh dan melakukan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi.
Bukti sejarah juga menunjukkan selain pelabuhan-pelabuhan besar juga adanya sebaran pura yang ada di pesisir Bali terutama di kawasan Bali bagian utara.
Paramartha juga berharap ke depannya bisa dibangun marina di kawasan Bali utara sehingga kapal pesiar dapat diarahkan ke sana. Hal ini sekaligus untuk menyeimbangkan pembangunan di utara dan selatan Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023