Sleman (Antara Bali) - Desa Wisata "Joglo Tani" di Dusun Mandungan, Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengembangkan sistem pertanian terpadu untuk memberdayakan petani dan menjauhkan mereka dari ketergantungan.
"Selama ini petani selalu terjebak dalam ketergantungan khususnya dari kalangan industri, mulai dari benih, pupuk, pestisida hingga ke pemasaran produknya. Kami selama ini mengembangkan pola pertanian terpadu agar petani bisa lebih berdaya dan jauh dari ketergantungan," kata Ketua Pengelola "Joglo Tani" Teo Suprapto, Kamis.
Menurut dia, pola pertanian terpadu --semacam sistem pertanian terintegrasi (Simantri) di Bali)-- yang diterapkan tersebut adalah bagaimana petani bisa memiliki hasil maksimal dan mendapatkan uang untuk harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
"Petani harus bisa berhitung, berapa kebutuhan hidup mereka dalam satu hari, dan bagaimana bisa memiliki tabungan dengan lahan yang dimilikinya, yang umumnya luasnya terbatas," katanya.
Dengan lahan yang sempit petani harus bisa mengoptimalisasi lahannya, melalui pertanian yang tidak hanya satu macam saja. "Tanaman terdiri atas berbagai jenis, mulai yang diambil hasilnya dari akar, daun, buah, bunga maupun kayunya, dan ini bisa dilengkapi dengan kolam ikan, unggas dan 'rojo koyo' (ternak besar)," katanya.
Teo menambahkan, petani harus bisa mengolah lahan sempit bisa memiliki pendapatan harian seperti dengan memelihara bebek dan ayam yang telurnya dapat diambil setiap hari. Begitu juga dengan sayuran yang hasilnya bisa dipetik harian maupun mingguan dan kemudian buahnya diambil bulanan dan untuk tabungan atau simpanan dapat berupa ternak besar. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Selama ini petani selalu terjebak dalam ketergantungan khususnya dari kalangan industri, mulai dari benih, pupuk, pestisida hingga ke pemasaran produknya. Kami selama ini mengembangkan pola pertanian terpadu agar petani bisa lebih berdaya dan jauh dari ketergantungan," kata Ketua Pengelola "Joglo Tani" Teo Suprapto, Kamis.
Menurut dia, pola pertanian terpadu --semacam sistem pertanian terintegrasi (Simantri) di Bali)-- yang diterapkan tersebut adalah bagaimana petani bisa memiliki hasil maksimal dan mendapatkan uang untuk harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.
"Petani harus bisa berhitung, berapa kebutuhan hidup mereka dalam satu hari, dan bagaimana bisa memiliki tabungan dengan lahan yang dimilikinya, yang umumnya luasnya terbatas," katanya.
Dengan lahan yang sempit petani harus bisa mengoptimalisasi lahannya, melalui pertanian yang tidak hanya satu macam saja. "Tanaman terdiri atas berbagai jenis, mulai yang diambil hasilnya dari akar, daun, buah, bunga maupun kayunya, dan ini bisa dilengkapi dengan kolam ikan, unggas dan 'rojo koyo' (ternak besar)," katanya.
Teo menambahkan, petani harus bisa mengolah lahan sempit bisa memiliki pendapatan harian seperti dengan memelihara bebek dan ayam yang telurnya dapat diambil setiap hari. Begitu juga dengan sayuran yang hasilnya bisa dipetik harian maupun mingguan dan kemudian buahnya diambil bulanan dan untuk tabungan atau simpanan dapat berupa ternak besar. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012