Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha berpandangan keluarga menjadi kunci untuk pembudayaan bahasa Bali sehingga dapat menjadi bahasa ibu.
"Di sekolah-sekolah sudah diberi pembelajaran bahasa Bali, tetapi begitu di rumah, orang tua si anak sendiri yang mengajak 'ngomong pakai bahasa Indonesia, Inggris dan yang lain," katanya di Denpasar, Rabu.
Ia dalam acara rapat untuk mematangkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 itu menyampaikan salah satu fokus era kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster mengembalikan bahasa Bali sebagai bahasa Ibu di tanah kelahirannya.
Upaya nyatanya dengan menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan Dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Namun, mengembalikan bahasa Bali sebagai bahasa ibu tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang dihadapi sebagai pekerjaan rumah bersama.
Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, mengatakan kendala pembudayaan bahasa Bali justru terletak di lingkup keluarga. Hal ini berdasarkan pengamatan yang ia lakukan.
Oleh karena itu, pada tahun selanjutnya yang menjadi sasaran bagi penyuluh bahasa Bali adalah di keluarga agar membiasakan para orang tua, baik ayah atau ibu untuk mengajak anak-anaknya berbahasa Bali.
Pihaknya juga menyoroti satuan pendidikan jenjang TK/PAUD yang sampai saat ini belum ada yang memberikan atau membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Bali bagi peserta didiknya.
Ia berharap, Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 yang berlangsung sepanjang Februari mendatang menjadi momentum menjawab tantangan tersebut.
Bulan Bahasa Bali 2023, lanjut dia, sesuai edaran gubernur, wajib dilaksanakan di satuan-satuan pendidikan, kabupaten/kota hingga ke pelosok desa, sehingga gaung dan sasarannya menyeluruh.
Upaya lainnya, katanya, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali terus menambah kuantitas Penyuluh Bahasa Bali ke desa-desa yang saat ini berjumlah 600 lebih. Bahkan, pihaknya bakal menambah 18 orang.
Setiap penyuluh diinstruksikan berkantor di kantor perbekel (kepala desa) masing-masing agar mempermudah melaksanakan program kerja bersama pimpinan desa, terutama membumikan kembali bahasa Bali untuk generasi muda.
Terkait dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali pada 2023 akan mengangkat tema "Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani" yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk.
Pelaksanaannya sebulan, 1-28 Februari 2023, dengan menyajikan enam kegiatan pokok, yaitu Krialoka (Workshop), Widyatula (Seminar), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Pergelaran), Reka Aksara (Pameran), dan Penganugrahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Di sekolah-sekolah sudah diberi pembelajaran bahasa Bali, tetapi begitu di rumah, orang tua si anak sendiri yang mengajak 'ngomong pakai bahasa Indonesia, Inggris dan yang lain," katanya di Denpasar, Rabu.
Ia dalam acara rapat untuk mematangkan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 itu menyampaikan salah satu fokus era kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster mengembalikan bahasa Bali sebagai bahasa Ibu di tanah kelahirannya.
Upaya nyatanya dengan menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan Dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
Namun, mengembalikan bahasa Bali sebagai bahasa ibu tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang dihadapi sebagai pekerjaan rumah bersama.
Mantan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini, mengatakan kendala pembudayaan bahasa Bali justru terletak di lingkup keluarga. Hal ini berdasarkan pengamatan yang ia lakukan.
Oleh karena itu, pada tahun selanjutnya yang menjadi sasaran bagi penyuluh bahasa Bali adalah di keluarga agar membiasakan para orang tua, baik ayah atau ibu untuk mengajak anak-anaknya berbahasa Bali.
Pihaknya juga menyoroti satuan pendidikan jenjang TK/PAUD yang sampai saat ini belum ada yang memberikan atau membiasakan berkomunikasi dengan bahasa Bali bagi peserta didiknya.
Ia berharap, Bulan Bahasa Bali ke-5 tahun 2023 yang berlangsung sepanjang Februari mendatang menjadi momentum menjawab tantangan tersebut.
Bulan Bahasa Bali 2023, lanjut dia, sesuai edaran gubernur, wajib dilaksanakan di satuan-satuan pendidikan, kabupaten/kota hingga ke pelosok desa, sehingga gaung dan sasarannya menyeluruh.
Upaya lainnya, katanya, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali terus menambah kuantitas Penyuluh Bahasa Bali ke desa-desa yang saat ini berjumlah 600 lebih. Bahkan, pihaknya bakal menambah 18 orang.
Setiap penyuluh diinstruksikan berkantor di kantor perbekel (kepala desa) masing-masing agar mempermudah melaksanakan program kerja bersama pimpinan desa, terutama membumikan kembali bahasa Bali untuk generasi muda.
Terkait dengan pelaksanaan Bulan Bahasa Bali pada 2023 akan mengangkat tema "Segara Kerthi: Campuhan Urip Sarwa Prani" yang dimaknai sebagai altar pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali untuk memaknai laut sebagai awal dan akhir kehidupan segenap makhluk.
Pelaksanaannya sebulan, 1-28 Februari 2023, dengan menyajikan enam kegiatan pokok, yaitu Krialoka (Workshop), Widyatula (Seminar), Wimbakara (Lomba), Sesolahan (Pergelaran), Reka Aksara (Pameran), dan Penganugrahan Bali Kerthi Nugraha Mahottama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023