Desa Adat Buleleng, Bali terus mengampanyekan penggunaan "eco enzym" atau fermentasi limbah sampah organik yang bermanfaat bagi kebutuhan rumah tangga, pertanian, kesehatan dan alam.
"Kami ingin mengajak masyarakat adat untuk menjaga lingkungan dan alam Bali dengan filosofi Tri Hita Karana," kata Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna di desa adat setempat, Sabtu.
Menurut dia, pihaknya akan terus mengedukasi bersama relawan "eco enzym" Buleleng untuk senantiasa melakukan tindakan ke masing-masing banjar adat termasuk "sekehe teruna" dan mahasiswa merdeka di Buleleng.
Kampanye yang juga dilakukan melibatkan para mahasiswa untuk melakukan edukasi dan simulasi dengan harapan mampu diaplikasikan di lingkungan atau kampusnya, sehingga "eco enzym" menggema ke seluruh penjuru.
"Itu harapan kami dan relawan untuk mengampanyekan eco enzym," ujar Nyoman Sutrisna yang juga sudah melakukan audiensi kepada Pj Bupati agar eco enzym ini bisa diaplikasikan di masing-masing OPD lingkup Pemkab Buleleng.
Sutrisna berharap apa yang menjadi niat baik ini bisa dapat dorongan dari pemerintah karena kegiatan ini menggunakan pentahelix salah satunya melalui media. Media ini akan dirangkul untuk dapat mensosialisasikan keberadaan dan manfaat dari eco enzym.
Baca juga: Bupati Buleleng uji coba eco enzym untuk jernihkan air sungai
Di tempat yang sama, Ketua Eco Enzym Buleleng Fery Tanaya mengungkapkan pihaknya sudah mengedukasi sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng yang masing-masing desa ada sebagian yang harus diberikan beberapa edukasi lebih terkait pemanfaatan dan kegunaan eco enzym itu sendiri.
Fery Tanaya menjelaskan manfaat dari eco enzym ini ada banyak, yaitu bisa dimanfaatkan di pertanian, untuk kesehatan, untuk rumah tangga dan yang paling banyak dimanfaatkan untuk penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK). Sekitar 2000 liter lebih digunakan untuk PMK dan untuk kebutuhan rumah tangga hanya membutuhkan paling tidak 5 liter per bulan.
"Namun kalau sudah tahu manfaatnya bisa tidak berhenti untuk membuatnya. Kadang banyak yang tidak bisa membuat karena kendala waktu dan itu menjadi salah satu kendala yang kami hadapi," ujarnya.
Pihaknya berharap ke depannya setiap rumah tangga bisa membuat eco enzym minimal untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi sisa-sisa bahan organik dari rumah tangga bisa diolah menjadi eco enzym dan tentunya mampu mengurangi sampah khususnya sisa organik.
"Limbah-limbah rumah tangga itu nantinya akan diolah oleh eco enzym itu sendiri. Jadi limbah yang masuk ke sungai itu bisa lebih aman dan ramah lingkungan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kami ingin mengajak masyarakat adat untuk menjaga lingkungan dan alam Bali dengan filosofi Tri Hita Karana," kata Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna di desa adat setempat, Sabtu.
Menurut dia, pihaknya akan terus mengedukasi bersama relawan "eco enzym" Buleleng untuk senantiasa melakukan tindakan ke masing-masing banjar adat termasuk "sekehe teruna" dan mahasiswa merdeka di Buleleng.
Kampanye yang juga dilakukan melibatkan para mahasiswa untuk melakukan edukasi dan simulasi dengan harapan mampu diaplikasikan di lingkungan atau kampusnya, sehingga "eco enzym" menggema ke seluruh penjuru.
"Itu harapan kami dan relawan untuk mengampanyekan eco enzym," ujar Nyoman Sutrisna yang juga sudah melakukan audiensi kepada Pj Bupati agar eco enzym ini bisa diaplikasikan di masing-masing OPD lingkup Pemkab Buleleng.
Sutrisna berharap apa yang menjadi niat baik ini bisa dapat dorongan dari pemerintah karena kegiatan ini menggunakan pentahelix salah satunya melalui media. Media ini akan dirangkul untuk dapat mensosialisasikan keberadaan dan manfaat dari eco enzym.
Baca juga: Bupati Buleleng uji coba eco enzym untuk jernihkan air sungai
Di tempat yang sama, Ketua Eco Enzym Buleleng Fery Tanaya mengungkapkan pihaknya sudah mengedukasi sembilan kecamatan di Kabupaten Buleleng yang masing-masing desa ada sebagian yang harus diberikan beberapa edukasi lebih terkait pemanfaatan dan kegunaan eco enzym itu sendiri.
Fery Tanaya menjelaskan manfaat dari eco enzym ini ada banyak, yaitu bisa dimanfaatkan di pertanian, untuk kesehatan, untuk rumah tangga dan yang paling banyak dimanfaatkan untuk penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK). Sekitar 2000 liter lebih digunakan untuk PMK dan untuk kebutuhan rumah tangga hanya membutuhkan paling tidak 5 liter per bulan.
"Namun kalau sudah tahu manfaatnya bisa tidak berhenti untuk membuatnya. Kadang banyak yang tidak bisa membuat karena kendala waktu dan itu menjadi salah satu kendala yang kami hadapi," ujarnya.
Pihaknya berharap ke depannya setiap rumah tangga bisa membuat eco enzym minimal untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi sisa-sisa bahan organik dari rumah tangga bisa diolah menjadi eco enzym dan tentunya mampu mengurangi sampah khususnya sisa organik.
"Limbah-limbah rumah tangga itu nantinya akan diolah oleh eco enzym itu sendiri. Jadi limbah yang masuk ke sungai itu bisa lebih aman dan ramah lingkungan," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022