Semarang (Antara Bali) - Penyalahgunaan obat di kalangan pelajar di Kota Semarang sudah mengkhawatirkan sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus pihak sekolah dan pemerintah daerah setempat, kata Koordinator Yayasan Setara Semarang Hening Budiyawati.
"Ada anak-anak SMP yang datang ke tempat kami dan mengaku mengonsumsi obat-obatan. Sebenarnya obat penenang tetapi dikonsumsi secara berlebih," katanya di Semarang, Senin.
Ia mengatakan, tidak hanya anak yang berasal dari satu sekolah yang sama, tetapi mereka berasal dari sekolah berbeda. "Mereka datang bergerombol misalnya enam anak, tiga di antaranya yang sudah ketergantungan obat-obatan," katanya.
Hening mengaku tidak memiliki data pasti terkait berapa banyak pelajar di Kota Semarang yang sudah ketergantungan karena penyalahgunaan obat.
"Mereka yang sudah ketergantungan, tentu setiap hari mengonsumsi. Jika SMP saja sudah mengonsumsi, maka semakin dewasa dosis obat yang dikonsumsi akan semakin banyak dan dapat merusak otak," katanya.
Oleh karena itu, katanya, pihak internal sekolah seharusnya lebih mewaspadai hal tersebut dan harus terus memperhatikan perilaku anak didiknya.
Murahnya harga obat dan mudahnya obat diperoleh, kata Hening, seharusnya diikuti dengan regulasi memperketat pembelian dan adanya penegakan hukum. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Ada anak-anak SMP yang datang ke tempat kami dan mengaku mengonsumsi obat-obatan. Sebenarnya obat penenang tetapi dikonsumsi secara berlebih," katanya di Semarang, Senin.
Ia mengatakan, tidak hanya anak yang berasal dari satu sekolah yang sama, tetapi mereka berasal dari sekolah berbeda. "Mereka datang bergerombol misalnya enam anak, tiga di antaranya yang sudah ketergantungan obat-obatan," katanya.
Hening mengaku tidak memiliki data pasti terkait berapa banyak pelajar di Kota Semarang yang sudah ketergantungan karena penyalahgunaan obat.
"Mereka yang sudah ketergantungan, tentu setiap hari mengonsumsi. Jika SMP saja sudah mengonsumsi, maka semakin dewasa dosis obat yang dikonsumsi akan semakin banyak dan dapat merusak otak," katanya.
Oleh karena itu, katanya, pihak internal sekolah seharusnya lebih mewaspadai hal tersebut dan harus terus memperhatikan perilaku anak didiknya.
Murahnya harga obat dan mudahnya obat diperoleh, kata Hening, seharusnya diikuti dengan regulasi memperketat pembelian dan adanya penegakan hukum. (LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012