Anggota Komite 2 DPD RI Made Mangku Pastika mengaku salut dengan manajemen dan pengelolaan Pasar Agung Peninjoan, Denpasar yang komprehensif mulai dari pemberdayaan aset, pedagang hingga lingkungan.

Pastika saat melakukan kegiatan reses di Pasar Agung Peninjoan, Peguyangan Kangin, Denpasar, Selasa, menyampaikan model yang telah diterapkan di pasar tersebut sangat bagus karena lingkungan juga ikut terkelola sehingga pasar menjadi bersih.

"Pasar juga  tertata dan mendatangkan nilai tambah ekonomi dari pemanfaatan lingkungan seperti pemanfaatan sampah," ujar mantan Gubernur Bali dua periode itu.

Sekretaris Pasar Agung Peninjoan Made Wetra bersama sejumlah pengurus lainnya, menerima kunjungan Pastika yang didampingi staf ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Pastika menambahkan, Pasar Agung yang merupakan salah satu pasar tradisional di kawasan perkotaan dan memiliki aset yang besar. "Kalau sumber daya yang besar ini dikelola dengan baik, maka akan bisa meningkatkan pendapatan warganya," ujar mantan Kapolda Bali tersebut. 

Apalagi ada tambahan pendapatan dari pengolahan limbah lingkungan yang tentu saja memberi nilai ekonomi sekaligus melestarikan lingkungan.

Dalam kesempatan itu, Pastika juga menyinggung betapa saat ini adaptasi teknologi menjadi penting karena sudah menjadi kebutuhan dan hal tersebut sudah diterapkan di Pasar Agung.

"Saya gembira ternyata pasar tradisional tidak ditinggal saat pandemi. Namun, jangan sampai pasar kehilangan pasar (pembeli). Ini bisa saja terjadi karena saat ini masyarakat bisa berbelanja secara online dari rumah," katanya.

Sekretaris Pasar Agung Peninjoan Made Wetra menyampaikan Pasar Agung dikelola Desa Adat Peninjoan, Peguyangan Kangin dengan jam buka hampir 24 jam. Selain pedagang pagi, sore hingga malam juga ada  pasar senggol.

Di lahan pasar seluas 80 are yang beroperasi sejak tahun 1997 itu diisi pedagang kios sebanyak 96 dan 328 los. Pasar ini pada tahun 2013 direvitalisasi oleh kementerian dengan menelan anggaran Rp7,5 miliar.

Manajemen selain mengelola pasar, juga mengolah sampah yang dihasilkan termasuk memproduksi eco enzym dan kompos. Dalam kawasan pasar, juga ada LPD dan BUMDes yang dikelola desa adat. "Di saat pandemi kami banyak dibantu LPD," ujar Wetra.

Ia juga menyampaikan tantangan pasar tradisional dalam kondisi pandemi yang dihadapkan persaingan dengan pedagang yang banyak muncul saat pandemi, termasuk fenomena pedagang bermobil. Hal ini mempengaruhi kunjungan pembeli ke dalam pasar.

Pihaknya beruntung mengelola parkir sehingga bisa menambah pendapatan selain dari sewa kios, los dan pasar senggol. Selain itu, manajemen juga sudah menerapkan pembayaran secara digital.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022