Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI Made Mangku Pastika mengharapkan pemerintah daerah dapat memberikan subsidi pengadaan mesin-mesin pertanian, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para petani Bali.

"Harus ada subsidi mesin untuk membantu kekurangan tenaga manusia bekerja di sektor pertanian, baru petani punya penghasilan yang cukup," kata Pastika, saat mengunjungi unit Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) 742 di Kabupaten Gianyar, Sabtu.

Simantri 742 Manu Sejahtera yang terletak di Desa Keramas, Kabupaten Gianyar, itu beberapa tahun yang lalu merupakan satu dari 800 gabungan kelompok petani (gapoktan) di Provinsi Bali yang mendapat bantuan program Simantri dari Pemprov Bali.

"Kunjungan saya ke sini ingin mengetahui perkembangan Simantri yang dekat kota itu seperti apa? Ternyata sapinya masih bagus-bagus," ucap pria yang menjadikan Simantri sebagai salah satu program unggulan saat masih menjabat Gubernur Bali itu.

Namun, kata Pastika, karena daya tarik dari sektor luar pertanian tinggi, sehingga banyak petani yang beralih profesi.

Baca juga: Senator Mangku Pastika beri nama dua bayi komodo di Bali Safari Park

Seperti halnya di Simantri 742 yang anggotanya tinggal tujuh orang, dari semula 20 orang, sehingga menyebabkan kesulitan untuk memelihara sapi dan mengolah kotoran ternak menjadi pupuk organik

"Hasil utama dari ternak sapi di Simantri ini sebenarnya kotoran dan urine yang dapat diolah menjadi pupuk organik dan biourine. Kalau nanti sapinya beranak itu sebagai bonus," ujarnya.

Menurut Pastika, jika petani dibantu subsidi mesin untuk membantu kekurangan tenaga manusia di sektor pertanian, maka mereka bisa memperoleh penghasilan yang cukup.

"Dengan penghasilan yang cukup, pasti akan semakin banyak orang yang tertarik menjadi petani. Apalagi dalam kondisi pandemi saat ini, jika mau bertahan hidup harus mau jadi petani," ucap anggota Komite 2 DPD itu.

Sementara itu, Ketua Simantri 742 Manu Sejahtera Agung Indra mengatakan sapi di kelompoknya terus berkembang, meski diakui sebagian anggotanya ada yang tidak aktif.

Kondisi ini berpengaruh bagi kelompok petani, terutama dalam penyediaan pakan dan pengolahan kotoran menjadi pupuk organik.

"Kami sangat membutuhkan alat pencacah sehingga bisa lebih mudah dan cepat dalam pemberian pakan sapi dan mengolah pupuk," ujarnya.

Baca juga: Mangku Pastika ajak pelaku pariwisata Bali realistis hadapi perubahan

Agung Indra mengatakan sebelum pandemi, pupuk hasil Simantri cukup laku karena dipasok ke hotel-hotel, selain dimanfaatkan anggota kelompok.

Namun, kini banyak hotel tidak beroperasi, sehingga kotoran ternak menjadi tidak tersalur, meskipun kini ada juga sejumlah permintaan pupuk dari petani di Kintamani, Kabupaten Bangli.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022