Senator atau anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mengajak para pelaku pariwisata di Provinsi Bali untuk lebih realistis menghadapi perubahan tren pariwisata karena dampak pandemi COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.
"Teman-teman (pelaku pariwisata-red) yang selama ini menjerit, berhentilah menjerit, tidak ada gunanya. 'Be realistic, idealis boleh, realistis harus," kata Pastika saat mengadakan reses dengan para pelaku pariwisata Bali di Denpasar, Jumat.
Pada acara reses bertajuk Geliat Pariwisata Jelang G20 itu dihadiri Kadis Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun dan para pentolan asosiasi pariwisata Bali seperti dari PHRI Bali, HPI Bali, Asita Bali, Bali Hotel Association, Forkom Desa Wisata, NCPI Bali, Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali dan lainnya. Selain itu hadir pula sejumlah tokoh pariwisata Bali seperti Gede Wirata, Al Purwa, Jero Mangku Kandia dan sebagainya.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan komponen pariwisata Bali untuk bisa bangkit dan pulih dari dampak pandemi.
Baca juga: Mangku Pastika ajak pengusaha Bali kuasai pemasaran produk
"Tetapi, saya kadang kasihan dengan upaya yang sudah luar biasa dilakukan, terus tidak ada orang yang datang. Duit habis, hasilnya tidak ada," ucap anggota Komite 2 DPD itu.
Pastika mengajak pelaku pariwisata untuk kembali menghitung pasar yang masih potensial, di tengah kondisi krisis global yang telah dialami negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika. Selain itu, harus berani melakukan perubahan dan menurunkan standar yang diharapkan.
"Mungkin sebelumnya kita berharap kunjungan dari China, tetapi mereka juga sudah melakukan berbagai terobosan agar warganya tidak perlu lagi berwisata ke luar negeri," ucapnya.
Kemudian jika Bali ingin mengandalkan pariwisata budaya, lanjut Pastika, tren pariwisata juga telah berubah. Dari 200-an desa wisata di Bali, mungkin kurang dari 10 yang akan bisa bertahan dan ketertarikan wisman untuk mengunjungi wisata spiritual/pura juga tak akan sebanyak dulu.
"Berapa sekarang wisatawan yang masih perlu guide dan biro perjalanan di tengah informasi yang sudah dalam genggaman? Kita saat ini bisa dengan mudah memesan tiket pesawat dan kamar hotel, demikian pula untuk bepergian kemana-mana," kata mantan Kapolda Bali itu.
Baca juga: Mangku Pastika : Pemuda Bali jangan terjebak tradisi kerja di kantor
Belum lagi tantangan dari daerah pariwisata lainnya di Nusantara, seperti Labuan Bajo yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo dengan 1 juta kunjungan. "Selain itu wisdom kunjungannya banyak, tetapi umumnya sedikit mengeluarkan uang," kata Pastika.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Perry Markus menyampaikan permodalan masih menjadi kendala yang dihadapi pihak hotel di Bali saat ini.
Menurut dia, dari 100 persen jumlah kamar hotel yang tersedia, rata-rata yang benar-benar siap digunakan 70 persen. Manajemen hotel terpaksa menggunakan sistem kanibal untuk memenuhi prasarana yang ada karena yang penting beroperasi dulu. Selain juga menggunakan sistem pekerja harian untuk menekan biaya operasional.
Meskipun sudah terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisman dan wisdom ke Bali, contohnya saja dari 1-19 Juli 2022 yakni 11 ribu orang per hari (wisdom) dan sekitar 8.500 orang (wisman), namun jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, jumlah tersebut masih 50 persennya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Putu Winastra menyampaikan di tengah hiruk pikuk agenda Presidensi G20, namun sampai saat ini pihaknya belum ada MoU keterlibatan Asita dalam ajang tersebut. Demikian pula dengan relaksasi kredit juga sudah tidak ada.
Winastra menginginkan agar asosiasinya diperkuat dan tidak dipandang sebelah mata. "Jangan dianggap ada ketika dibutuhkan pemerintah," ujarnya.
Ketua Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Bali Nyoman Nuarta mengharapkan pramuwisata sebagai "frontliner" dalam pariwisata jangan hanya sebagai tagline. Ia pun mengeluhkan masih berbelitnya pengurusan sejumlah lisensi dan izin terkait pramuwisata di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
Gede Wirata, pemilik Bounty Cruises menambahkan pariwisata saat ini memang telah banyak yang berubah. Ia pun berharap perjuangan Bali agar dapat memperoleh dana perimbangan dari pariwisata terus berlanjut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun mengajak komponen pariwisata Bali agar tidak menonjolkan ego masing-masing sektor. "Pandemi jadi momentum kita untuk menjaga kolaborasi sehingga Bali tak lagi pertumbuhan ekonominya terkontraksi," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Teman-teman (pelaku pariwisata-red) yang selama ini menjerit, berhentilah menjerit, tidak ada gunanya. 'Be realistic, idealis boleh, realistis harus," kata Pastika saat mengadakan reses dengan para pelaku pariwisata Bali di Denpasar, Jumat.
Pada acara reses bertajuk Geliat Pariwisata Jelang G20 itu dihadiri Kadis Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun dan para pentolan asosiasi pariwisata Bali seperti dari PHRI Bali, HPI Bali, Asita Bali, Bali Hotel Association, Forkom Desa Wisata, NCPI Bali, Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali dan lainnya. Selain itu hadir pula sejumlah tokoh pariwisata Bali seperti Gede Wirata, Al Purwa, Jero Mangku Kandia dan sebagainya.
Mantan Gubernur Bali dua periode itu mengapresiasi berbagai upaya yang dilakukan komponen pariwisata Bali untuk bisa bangkit dan pulih dari dampak pandemi.
Baca juga: Mangku Pastika ajak pengusaha Bali kuasai pemasaran produk
"Tetapi, saya kadang kasihan dengan upaya yang sudah luar biasa dilakukan, terus tidak ada orang yang datang. Duit habis, hasilnya tidak ada," ucap anggota Komite 2 DPD itu.
Pastika mengajak pelaku pariwisata untuk kembali menghitung pasar yang masih potensial, di tengah kondisi krisis global yang telah dialami negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika. Selain itu, harus berani melakukan perubahan dan menurunkan standar yang diharapkan.
"Mungkin sebelumnya kita berharap kunjungan dari China, tetapi mereka juga sudah melakukan berbagai terobosan agar warganya tidak perlu lagi berwisata ke luar negeri," ucapnya.
Kemudian jika Bali ingin mengandalkan pariwisata budaya, lanjut Pastika, tren pariwisata juga telah berubah. Dari 200-an desa wisata di Bali, mungkin kurang dari 10 yang akan bisa bertahan dan ketertarikan wisman untuk mengunjungi wisata spiritual/pura juga tak akan sebanyak dulu.
"Berapa sekarang wisatawan yang masih perlu guide dan biro perjalanan di tengah informasi yang sudah dalam genggaman? Kita saat ini bisa dengan mudah memesan tiket pesawat dan kamar hotel, demikian pula untuk bepergian kemana-mana," kata mantan Kapolda Bali itu.
Baca juga: Mangku Pastika : Pemuda Bali jangan terjebak tradisi kerja di kantor
Belum lagi tantangan dari daerah pariwisata lainnya di Nusantara, seperti Labuan Bajo yang ditargetkan oleh Presiden Joko Widodo dengan 1 juta kunjungan. "Selain itu wisdom kunjungannya banyak, tetapi umumnya sedikit mengeluarkan uang," kata Pastika.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali Perry Markus menyampaikan permodalan masih menjadi kendala yang dihadapi pihak hotel di Bali saat ini.
Menurut dia, dari 100 persen jumlah kamar hotel yang tersedia, rata-rata yang benar-benar siap digunakan 70 persen. Manajemen hotel terpaksa menggunakan sistem kanibal untuk memenuhi prasarana yang ada karena yang penting beroperasi dulu. Selain juga menggunakan sistem pekerja harian untuk menekan biaya operasional.
Meskipun sudah terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisman dan wisdom ke Bali, contohnya saja dari 1-19 Juli 2022 yakni 11 ribu orang per hari (wisdom) dan sekitar 8.500 orang (wisman), namun jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, jumlah tersebut masih 50 persennya.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Putu Winastra menyampaikan di tengah hiruk pikuk agenda Presidensi G20, namun sampai saat ini pihaknya belum ada MoU keterlibatan Asita dalam ajang tersebut. Demikian pula dengan relaksasi kredit juga sudah tidak ada.
Winastra menginginkan agar asosiasinya diperkuat dan tidak dipandang sebelah mata. "Jangan dianggap ada ketika dibutuhkan pemerintah," ujarnya.
Ketua Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI) Bali Nyoman Nuarta mengharapkan pramuwisata sebagai "frontliner" dalam pariwisata jangan hanya sebagai tagline. Ia pun mengeluhkan masih berbelitnya pengurusan sejumlah lisensi dan izin terkait pramuwisata di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali.
Gede Wirata, pemilik Bounty Cruises menambahkan pariwisata saat ini memang telah banyak yang berubah. Ia pun berharap perjuangan Bali agar dapat memperoleh dana perimbangan dari pariwisata terus berlanjut.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun mengajak komponen pariwisata Bali agar tidak menonjolkan ego masing-masing sektor. "Pandemi jadi momentum kita untuk menjaga kolaborasi sehingga Bali tak lagi pertumbuhan ekonominya terkontraksi," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022